The Fed dan Supremasinya




Keputusan Yellen untuk tetap mengerek FFR adalah keputusan yang sempat membuat banyak analis dan pemerhati makro ekonomi, termasuk ekonomis kita Chatib Basri (mantan menkeu era SBY), memberikan banyak komentar dan analisa. Bahkan Chatib Basri sempat berani memberikan komentar bahwa FFR tidak akan naik karena Trump akan melakukan ekspansi finansial, namun fakta berkata lain. Yellen tetap pada keputusannya. Fed rate naik. Bahkan untuk 2017 direncanakan akan naik lagi 3x lipat dari sekarang.
Dari kacamata power of supremation jelas kelihatan bagaimana Trump tidak serta merta bisa mengubah arah kebijakan The Fed meski dia sudah berhasil menjadi presiden. Disharmonisasi antara Trump dan Yellen, dan Trump sendiri pernah sesumbar memecat Yellen jika dia naik jadi presiden, sepertinya tidak akan terbukti.

Sejarah 102 tahun The Fed dengan Dolar-nya adalah sebuah rantai perjalanan panjang yang sudah menghabiskan banyak darah dan airmata. Bagaimana supremasi ini diawali, dan bagaimana kekuatan itu dibangun sungguh sebuah merupakan skenario besar luar biasa dalam mengendalikan makro ekonomi dunia dan segala implikasinya.

Kekuatan perbankan The Fed mengendalikan dunia finansial adalah bagian dari tak terpisahkan sebuah skenario besar pasca PD II. Sebagai trader retail selayaknya kita bisa melihat bahwa apa yang dikatakan salah seorang ahli perbankan Bernard Baruch. (August 19, 1870 – June 20, 1965) dengan kalimatnya yang sangat benar sesuai fakta: The main purpose of the stock market is to make fools of as many men as possible.
Tujuan market saham dan segala derivatifnya dibuat adalah membuat sebanyak mungkin trader menjadi fool (loss/bingung/kalah).

Maka, ada baiknya bila kita selalu tetap waspada dan tetap menjaga kekuatan money management dalam melakukan aksi trading kita. Kebodohan (miskin informasi, miskin data, miskin berita) dan kesembronoan (miskin kesabaran), hanya akan menjadikan kita sebagai trader-trader tumbal sebagai makanan para trader bermodal besar (big boys) dan broker retail.