Psikologi Seseorang Trader

Puasa merupakan pengendalian diri. Perkataan dai tersohor sejuta umat KH Zainuddin MZ ini dahulu senantiasa kita dengar serta tonton di tv. Saking seringnya diputar di tv sampai- sampai alam dasar siuman kita merekam kokoh hingga hafal di luar kepala.

Pasti saja, aku tidak hendak menuliskan tentang puasa di mari. Aku hendak menuliskan tentang psikologi trading yang inti sarinya merupakan pengendalian diri.

Glenn Curtis dalm suatu kolom di Investopedia menuliskan betapa berartinya psikologi trading serta disiplin untuk seseorang trader.

Curtis mengunkapkan betapa banyak ketentuan serta skill yang diperlukan buat jadi seseorang trader yang sukses di pasar modal. Keahlian buat menguasai fundamental industri, pula kemampuan buat menguasai faktor- faktor yang memastikan suatu trend dengan pendekatan technical analysis pasti saja. Tetapi, memahami FA ataupun TA itu saja belum lumayan, perlu keahlian yang pula berarti diasah, ialah keahlian mengatur diri serta disiplin.

Kenapa psikologi trading?

Bagi Curtis, aspek psikologi sangat- sangat berarti. Inilah sebabnya. Seseorang trader acapkali jelalatan memandang naik turunnya harga saham ataupun komoditas lain yang diperdagangkan sebab volatilitasnya yang kilat sehingga memaksanya wajib membuat keputusan kilat.

Supaya keputusannya tidak salah, mereka memerlukan mental yang tetap kekinian. Mereka pula wajib displin melaksanakan trading plan yang sudah terbuat, wajib tegas paling utama dikala memutuskan ambil profit( TP) ataupun menghalangi resiko kerugian( CL).

Apabila psikologi trading tidak dipahami, emosi yang memahami keputusannya sehingga dapat saja jadi tidak terkontrol.

Menguasai rasa takut

Kala seseorang trader memandang monitor didominasi corak merah yang terus berkedip( saham berguguran) serta bad news berseliweran, rasa khawatir menyelimuti. Kala itu terjalin, rasa khawatir kelewatan timbul, sehingga terjalin over, main haki alias buang saham di harga bid demi menyelamatkan cash.

Trader wajib menguasai apa itu rasa khawatir. Sederhananya, fear merupakan respon alamiah terhadap tumbangnya harga saham serta berseliwerannya kabar kurang baik.

Tetapi demikian, market umumnya tidak selaras dengan rasa khawatir para trader. Sehabis terjalin penyusutan tajam, bisa- bisa terjalin rebound serta apalagi trend berputar dari downtrend jadi uptrend.

Memanglah, tidak mudah menanggulangi rasa khawatir. Ini memerlukan jam terbang buat terus mempraktikkan gimana rasa khawatir cocok dosis saja, jangan overdosis sebab jika khawatir overdosis dapat saja menjual sahamnya di harga bottom, serta kala buyback malah di harga monas.

Greed merupakan musuh terbanyak trader

Apabila saham yang kita memiliki biayanya terus naik, keserakahan mendominasi benak. Sering kali yang terjalin merupakan menaikkan posisi selalu serta kurang ingat melaksanakan take profit sehingga dapat saja, profit berganti jadi loss.

Buat Trading Plan serta Disiplin

Trading plan terbuat bagaikan fasilitas pengendalian diri. Dengan mempunyai trading plan, trader dapat menyeimbangkan rasa khawatir serta serakahnya.

Trading plan ini kayaknya bakal jadi panjang apabila diulas di mari. Sesuatu dikala nanti aku tuliskan terpisah, tetapi sesungguhnya dalam sebagian postingan tadinya telah disinggung.

Bagaikan garis dasar, Curtis menegaskan kalau trader butuh mereview kegiatan tradingnya dari waktu ke waktu. Mereka butuh pula memperhitungkan gimana performanya mengupayakan profit di pasar modal.

Review serta assessment ini tidak cuma soal return dalam satu posisi. Tetapi pula segala posisi yang diambil. Butuh review serta assessment periodik buat mengenali berapa kali kalah berapa kali menang, banyakan mana menang serta kalah itu, serta pasti saja, apabila kalah kalah berapa, serta berapa yang diperoleh dikala menang.