Surat utang 21 Triliun 6 BUMN



Sebanyak enam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kompak menerbitkan surat utang dengan target dana hingga Rp 21,23 triliun pada Desember 2020. Penggalangan dana ini diharapkan mempertebal likuiditas perusahaan untuk kebutuhan modal kerja maupun pembiayaan kembali (refinancing) utang. 

Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) Mahendra Vijaya mengatakan, pihaknya optimistis penawaran obligasi senilai Rp 1,5 triliun dan sukuk Rp 500 miliar mampu meraih respon yang positif dari investor. Perseroan percaya diri dengan peringkat A dan A Syariah yang disematkan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) kepada surat utang tersebut. “Selain rating, kami punya keyakinan proyeksi kinerja perseroan di tahun depan akan tumbuh dengan proyeksi laba yang mencapai sekitar 6 kali dari tahun 2020. Hal ini akan lebih meyakinkan bagi investor,” jelas dia kepada Investor Daily. 

Wika akan menawarkan obligasi dan sukuk masing-masing dengan tiga seri, yakni tenor tiga, lima, dan tujuh tahun. Perseroan menargetkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 11 Desember, dan masa penawaran akan berlangsung pada 15 Desember. Para penjamin emisi penawaran obligasi Wika antara lain PT BNI Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT RHB Sekuritas Indonesia. Sesuai rencana, perseroan akan menggunakan seluruh hasil emisi obligasi untuk melunasi sebagian pokok Komodo Bond yang jatuh tempo 31 Januari 2021. Sementara, emisi sukuk akan diserap untuk membiayai modal kerja proyek infrastruktur dan gedung yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal. 

Obligasi ini merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) I dengan target emisi hingga Rp 4 triliun. Sedangkan sukuk adalah bagian dari Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I dengan total plafon Rp 1 triliun. Dari sisi kinerja, Wika telah menandatangani kontrak kerja dengan PT Ceria Metalindo Indotama, anak usaha PT Ceria Nugraha Indotama untuk sinergi engineering, procurement, and construction (EPC) proyek pengolahan dan pemurnian nikel rotary kiln electric furnace (RKEF) produksi 3 dan 4 (2x72 MVA). Nilai kontrak proyek ini sebesar Rp 2,8 triliun dan US$ 180,39 juta. Pabrik Feronikel tersebut akan terdiri dari dua lajur produksi. Masing-masing lajur akan ditunjang dengan fasilitas produksi utama meliputi, rotary dryer berkapasitas 196 ton per jam, rotary kiln 178 ton per jam, electric furnace 72 MVA serta peralatan penunjang lainnya dengan target penyelesaian proyek pada 2023. Pabrik ini akan memiliki kapasitas produksi sebesar 27.800 ton Ni per tahun. 

Tak hanya itu, Wika juga menandatangai kerja sama dengan dengan anak usaha Ceria Nugraha yang lain, yakni PT Ceria Kobalt Indotama. Kerjasama keduanya adalah sinergi EPC proyek nickel laterite hydrometallurgy beserta power plant dengan estimasi nilai kontrak jumbo US$ 1,1 miliar. Fasilitas pengolahan kobalt tersebut diperkirakan memiliki kapasitas produksi sebesar 100.000 ton per tahun mixed hydroxide precipitate dan 158.000 ton per tahun konsentrat chromium.  Proyek yang berlokasi di Wolo, Kolaka, Sulawesi Tenggara ini akan berlangsung selama 36 bulan kalender kerja. Sementara itu, BUMN konstruksi lainnya, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) bersiap menerbitkan obligasi melalui Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) IV tahap II sekitar Rp 1-2 triliun paling lambat awal Januari 2021. Dana emisi obligasi akan digunakan untuk modal kerja sejumlah proyek baru perseroan. SVP Corporate Secretary Waskita Karya Ratna Ningrum mengatakan, perseroan telah menunjuk penjamin emisi efek (underwriter) dan lembaga penunjang lain untuk mendukung penerbitan obligasi. Perseroan menargetkan jatuh tempo obligasi terbaru ini sekitar satu hingga tiga tahun. 

“Manajemen melihat bahwa appetite dari pasar modal untuk obligasi jangka panjang belum terlalu besar akibat pandemi Covid-19,” jelas dia dalam keterangan tertulis, baru-baru ini. Waskita sebelumnya meraih dana Rp 135,5 miliar dari PUB IV tahap I yang digelar pada Agustus.

Obligasi ini memiliki tingkat bunga 10,75% dan bertenor tiga tahun. PUB IV Waskita memiliki total plafon hingga Rp 4,95 triliun. SMI dan PNM Sementara itu, PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) telah menetapkan tingkat bunga untuk penerbitan PUB II tahap V senilai Rp 3,33 triliun yang terdiri dari dua seri. Pada seri A, perseroan menerbitkan Rp 2,21 triliun dengan tingkat bunga 6,30% per tahun bertenor tiga tahun. Pada seri B, perseroan menawarkan Rp 1,11 triliun dengan tingkat bunga 6,70% per tahun bertenor lima tahun. SMI menggelar masa penawaran umum selama 4-8 Desember. Perseroan menunjuk lima penjamin emisi obligasi, yakni PT BRI Danareksa Sekuritas, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia, PT Indo Premier Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. Dengan periode penawaran yang hampir sama, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) turut merilis PUB III tahap IV senilai Rp 2,4 triliun yang terdiri dari tiga seri. 

Sebanyak Rp 875,8 miliar pada seri A memiliki tingkat bunga 6,50% per tahun bertenor satu tahun. Sebanyak Rp 337 miliar pada seri B punya tingkat bunga 7,75% per tahun bertenor tiga tahun. Lalu, Rp 280 miliar ditawarkan dengan tingkat bunga 8,75% per tahun bertenor lima tahun. “Sisa Rp 907,2 miliar pada seri A, B, dan C akan dijamin secara kesanggupan terbaik,” ungkap manajemen. Adapun dua BUMN seperti PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) juga berhasil mengantongi izin pemegang saham untuk mencairkan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dari pemerintah melalui penerbitan obligasi wajib konversi. Garuda segera mengantongi Rp 8,5 triliun, sedangkan Krakatau Steel Rp 3 triliun. ID