Pandemi Bikin Dividen Kian Mini, Investor Tak Perlu Berkecil Hati

ILUSTRASI. Ilustrasi menimbang dividen yang diterima investor saham. KONTAN/Lylik Sugiarti

Reporter: Akhmad Suryahadi, Dina Mirayanti Hutauruk, Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang, Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musim pembagian dividen sudah dimulai. Sejumlah emiten sudah mengumumkan rencana pembagian dividen dari laba bersih 2020.

Kemarin, tiga emiten mengumumkan rencana pembagian dividen, yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Sebelumnya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW) juga mengumumkan pembagian dividen.

BBCA akan membagi dividen Rp 530 per saham. Ini termasuk dividen interim senilai Rp 98 yang dibagikan akhir tahun lalu. Dengan demikian, dividen yang akan dibagikan tinggal Rp 432.

Bila dihitung berdasarkan harga penutupan BBCA kemarin di Rp 31.800 per saham, maka yield pembagian dividen kali ini sebesar 1,36%. Yield saat pembagian dividen interim Desember lalu 0,30%.

Di 2019, BBCA membagi dividen interim Rp 100 dan dividen final Rp 455. Yield dividen interim tahun lalu sebesar 0,31% dan yield dividen final sebesar 1,70%. Jadi, yield dividen BBCA tahun ini turun.

Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menuturkan secara keseluruhan, yield dividen tahun ini kemungkinan besar akan turun dibandingkan tahun lalu. Pasalnya, di masa pembagian dividen tahun lalu, sekitar April-Mei 2020, IHSG terkoreksi cukup dalam.

Sedangkan kinerja emiten-emiten di 2019 masih baik. Karena harga saham rendah, maka yield dividen jadi terlihat lebih besar.

Tahun ini, harga saham emiten sudah mulai pulih. Sementara kinerja keuangan emiten di 2020 rata-rata turun akibat tekanan pandemi Covid-19. Alhasil, yield dividen akan terlihat lebih kecil.

Karena itu, Analis Pilarmas Investindo Okie Setya Ardiastama menilai, wajar nilai pembayaran dividen maupun yield dividen tahun ini lebih kecil. BBNI misalnya. Nilai dividen emiten ini biasanya di atas Rp 200 per saham. Tahun ini tak sampai Rp 50 per saham.

Okie menyebut, selain mempertimbangkan yield, investor juga perlu melihat komitmen emiten menjaga nilai perusahaan. "Kami melihat ada peluang dari membaiknya kinerja di tahun ini, sehingga kami lebih melihat strategi investasi dalam jangka panjang," kata dia.

Hendriko menambahkan, investor juga perlu mencermati potensi pertumbuhan kinerja keuangan emiten saat berburu saham di masa pembagian dividen. Saham dari emiten yang pertumbuhan kinerjanya berkelanjutan masih menarik dikoleksi.

Dari sektor, Hendriko menilai dividen dari saham bank seperti BBCA dan BBNI menarik dikoleksi. Kedua emiten ini juga tidak memiliki masalah likuiditas.

SMGR juga menarik diincar. Alasannya, industri properti dan konstruksi berpotensi menggeliat. "Ini akan menyokong pertumbuhan sektor semen," tutur Hendriko.

SMGR membagi dividen sebesar Rp 188,8. Berdasarkan harga penutupan kemarin di Rp 11.150, yield dividen SMGR sebesar 1,69%. Ini lebih baik dari yield dividen tahun lalu yang cuma 0,43%. Tapi di 2019, yield dividen SMGR mencapai 1,80%.

kontan