Simak Profil Dompet Digital Penguasa Pasar




KONTAN.CO.ID -JAKARTA-Para pemain lama maupun pendatang baru di kancah usaha dompet elektronik tak boleh leha-leha barang sejenak. Waspadalah, persaingan bisnis  e-wallet ini akan semakin sengit. 
 
Tentu saja, penerbit uang elektronik akan terus ekspansi untuk menjaga pasar. Di antaranya dengan melakukan kolaborasi dengan sesama e-wallet,  kerjasama dengan e-commerce, serta kerjasama dengan industri keuangan baik   perbankan maupun non-bank. 
 
Sebagai pemain baru, Head of Campaigns and Growth Marketing ShopeePay Cindy Candiawan mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk menghadirkan inovasi fitur, program, dan layanan yang relevan dengan kebutuhan mitra usaha serta pengguna ShopeePay untuk lebih luas memperkenalkan pembayaran digital.

Dalam perkembangan bisnis dompet elektronik di Tanah Air, saat ini tidak hanya ada Gopay, ShopeePay, OVO, DANA dan LinkAja. Tapi, ada juga dompet digital lain seperti Sakuku, Octopay, Paytren, dan lainnya yang punya konsumen pula. Lalu, bagaimana strategi para pemain utama bisnis e-wallet di tahun kerbau logam ini? 

Yuk, simak...

Gopay

Sebagai pionir e-wallet, Gopay optimistis masih mendapat kepercayaan dari masyarakat yang bertransaksi secara nontunai. Managing Director Gopay Budi Gandasoebrata mengatakan, pembayaran digital semakin diandalkan sebagai opsi pembayaran utama bagi masyarakat, terutama terbukti ketika pandemi korona. 

Dari sisi konsumen, Gopay telah menjalankan strategi dengan memperluas fungsi dan penggunaan Gopay untuk membantu konsumen dalam mengatur keuangan dengan menyediakan layanan keuangan, seperti produk investasi, asuransi, dan layanan Gopay Paylater, kolaborasi dengan Bank Jago dan institusi keuangan lainnya. 

Sedangkan dari sisi mitra usaha alias merchant, Gopay terus mengupayakan dan membantu mitra usaha untuk go digital. Selain itu, Gopay juga aktif mendukung program quick response (QR) terbitan Bank Indonesia, yakni QRIS, kepada 12 juta merchant. 

Budi bilang, ia tak dapat memerinci secara terbuka  jumlah pengguna dan transaksi. Dari rilis lembaga survei independen Sharing Vision  tahun 2020 menyatakan  Gopay  menempati peringkat pertama sebagai uang digital  paling banyak digunakan  (81%  responden). 

Dari  riset Iprice, Gopay disebut sebagai e-wallet dengan pengguna aktif bulanan terbanyak sejak kuartal kedua 2019 hingga kuartal kedua 2020.  Gopay juga memiliki organic user terbanyak walaupun sudah tidak ada promo dan cashback yang ditawarkan. Tetap saja user Gopay masih  memakai Gopay sebagai alat transaksi.

"Dapat kami sampaikan performa Gopay telah melonjak kembali," kata Budi. Misalnya, tahun lalu, Gopay mencatat terjadi peningkatan signifikan pada layanan jasa keuangan, seperti nilai transaksi Gopay untuk produk investasi naik 7 kali lipat, dan nilai transaksi Gopay Paylater tumbuh sampai dengan 3,3 kali lipat.
 
Budi menambahkan, pihaknya optimistis ekonomi digital akan terus tumbuh tahun 2021. Nah, strategi Gopay di tahun ini akan memperluas penggunaan Gopay dari pembayaran sampai  layanan keuangan digital. 

ShopeePay

Dompet elektronik keluaran Shopee ini tengah naik daun. Cindy Candiawan, Head of Campaign and Growth Marketing Shopeepay mengungkapkan, melihat perkembangan yang sangat positif dan antusiasme yang besar dalam pembayaran digital ShopeePay di tahun 2020 lalu, maka manajemen akan  fokus mengembangkan layanan dan inovasi . 

Nah, untuk menjangkau lebih banyak wilayah di Indonesia, ShopeePay akan menambah lebih banyak use cases yang relevan bagi masyarakat di merchant online maupun offline. Dengan upaya ini, ShopeePay berharap dapat semakin dekat dengan masyarakat dan jadi bagian dari  hidup sehari-hari. 

Berdasarkan laporan pendapatan Sea Group di kuartal empat tahun lalu, dompet digital SeaMoney, perusahaan induk ShopeePay, mencatat lebih dari 10 juta pengguna aktif bulanan di Indonesia. Tentunya, peningkatan pengguna ini turut mendorong transaksi pembayaran secara online maupun offline. 

Cindy bilang, ke depannya, pembayaran digital akan menjadi kunci utama yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi digital. "Target kami adalah dapat menjangkau dan menyediakan akses  layanan keuangan elektronik melalui produk, layanan, dan program ShopeePay," ucapnya. 
 
Hingga kini, ShopeePay  memperluas jangkauan ke kota-kota utama dan juga kota pendamping lainnya melalui sejumlah program yang merangkul komunitas dan UKM lokal. 

Cindy menambahkan, pihaknya percaya bahwa setiap pemain di industri pembayaran digital memiliki peran dalam menciptakan ekosistem pembayaran digital.

OVO

OVO dompet elektronik yang didirikan tahun 2017 oleh Grup Lippo ini masuk dalam kategori tiga besar e-wallet di Tanah Air. Saat ini, OVO tengah berfokus pada pengembangan layanan finansial yang lebih komprehensif agar terus sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Head of Corporate Communications PT Visionet Internasional (OVO) Harumi Supit mengatakan, OVO masih dipercaya oleh masyarakat. Hingga kini pengguna OVO telah mencapai 115 juta, yang tersedia di 426 kota. “Pertumbuhan pengguna baru OVO juga substansial, yaitu sebesar 267% selama masa pandemi,” katanya. 

Ekosistem OVO terus berkembang dengan jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menjadi mitra OVO meningkat sebanyak 95% sepanjang tahun 2020. Tercatat  jumlah merchant secara keseluruhan tembus angka 1 juta pada akhir tahun lalu. Selain itu, volume transaksi OVO naik seiring kemitraan perusahaan di platform e-commerce.

Harumi menekankan, pihaknya fokus dalam mengembangkan dan meluncurkan berbagai layanan finansial guna memperluas use case OVO sendiri. Contohnya, seperti kolaborasi OVO dengan Bank BRI dalam penyediaan pinjaman digital untuk modal UMKM. 

Seiring dengan fokus tersebut, OVO akan terus-menerus meluncurkan layanan dan produk yang sesuai dengan kebutuhan pengguna dari berbagai kalangan. Sejauh ini, OVO memberikan layanan kepada seluruh segmen konsumen, mulai dari perorangan, UMKM, hingga institusi berskala nasional maupun regional.

DANA

Di tahun 2021, DANA masih akan fokus pada akselerasi layanan keuangan yang inklusif. Untuk mencapat akselerasi tersebut, DANA memfokuskan diri pada pengembangan produk yang sudah ada hingga terbaru yang berkaitan erat dengan mitra bisnis maupun konsumen.

Saat ini, pengguna DANA sudah mencapai lebih dari 50 juta pengguna. CEO dan Co-Founder DANA Indonesia Vince Iswara mengatakan, masa pandemi turut mendorong pengguna untuk memanfaatkan transaksi digital guna meminimalisir kontak fisik. “DANA mencatat setiap harinya terjadi lebih dari 3 juta transaksi dalam aplikasi DANA,” ucapnya. 

Tahun 2021 ini, DANA berharap pengguna dan volume transaksi terus menunjukkan pertumbuhan yang baik. Hingga kini, pengguna DANA masih didominasi  usia muda. Tetapi DANA berupaya agar dompet digitalnya dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat dari berbagai golongan usia. 

Target sasaran tersebut tidak terbatas  pada individu saja, tetapi termasuk komunitas guna menghasilkan dampak adopsi transaksi digital yang makin besar. Dalam pelaksanaannya, DANA kerap bekerjasama dengan komunitas di berbagai daerah.

LinkAja               

Sejak awal hingga sekarang, pengembangan LinkAja masih sama. Yakni, mempercepat inklusi keuangan bagi masyarakat kelas menengah dan UMKM, terutama mereka yang ada di kota-kota tier 2 dan 3. 

Direktur LinkAja Edward K. Suwignyo mengatakan, untuk mencapai hal tersebut, LinkAja terus memperkaya ekosistem, terutama yang terkait dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Yakni, sektor transportasi publik, seperti MRTJ, LRTJ, TransJakarta, Commuter, Railink, dan transportasi publik di daerah lainnya. 

Tak hanya itu, LinkAja juga memperluas pasar pada transaksi di transportasi pribadi. Seperti, pengisian BBM di SPBU Pertamina, ride hailing di Gojek dan Grab, merchant online, pasar, ritel, UMKM lokal dan warung kelontong, serta pembayaran tagihan sehar-hari dan bulanan. 

Edward menyampaikan, pihaknya juga bekerjasama dengan partner untuk menghadirkan layanan keuangan, seperti paylater, pinjaman tunai, investasi reksadana, tabungan emas, dan asuransi. “Kami juga memiliki layanan Sharia LinkAja sebagai satu-satunya e-wallet yang memiliki sertifikasi sesuai dengan syariah dari DSN (Dewan Syariah Nasional) MUI,” klaimnya. 

Sejauh ini, LinkAja masih menggaet banyak pengguna. Hingga akhir tahun 2020, LinkAja memiliki 6 juta pengguna atau naik 65% ketimbang tahun sebelumnya. Adapun konsumen yang dibidik adalah kalangan kelas menengah dan UMKM. Selain itu, LinkAja juga mencatat peningkatan volume dan nilai transaksi yang naik lebih dari tiga kali lipat. 

Edward tak khawatir dengan kian banyaknya pemain dompet digital. Hanya, yang pasti, tidak mudah untuk pemain baru untuk masuk. Karena, sudah cukup banyak pemain besar, dan perlu komitmen besar untuk masuk dan berkembang.

Sakuku

Gempuran  dompet digital dari industri teknologi finansial tak menyurutkan eksistensi uang elektronik milik perbankan. Hingga kini dompet elektronik alias e-wallet besutan bank masih punya banyak pengguna, terutama datang dari kalangan nasabah.. 

Executive Vice President Secretariat and Corporate Communications PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Hera F. Haryn mengatakan, BCA mencermati inovasi digital sektor perbankan dan finansial harus terus dilakukan untuk memenuhi tren dan kebutuhan transaksi yang lebih cepat dan aman secara digital. 

Salah satu inovasi BCA  adalah penerbitan e-wallet Sakuku. Ini merupakan uang elektronik berbasis server yang dapat digunakan bertransaksi melalui aplikasi smartphone dalam melakukan bayar belanja, isi pulsa, dan transaksi perbankan lainnya. "Kami juga ada fitur Sakuku Plus yang menyediakan layanan lebih lengkap," katanya. 

Hingga Desember 2020, BCA mencatat jumlah pengguna Sakuku mencapai 1,1 juta dengan volume transaksi sebesar 3,9 juta atau tumbuh 62% secara tahunan, dan nilai transaksi tercatat mencapai Rp 688 miliar atau naik 67%.

BCA tak khawatir atas kehadiran e-wallet dari tekfin maupun bank lain, karena setiap dompet digital punya pasar masing-masing. Hera berharap, kehadiran Sakuku dapat memberikan nilai tambah kepada nasabah termasuk generasi milenial untuk melengkapi kebutuhannya. 

Paytren

Dompet digital milik Ustadz Yusuf Mansur ini sama seperti dompet digital lainnya, yakni bisa untuk bayar kebutuhan sehari-sehari seperti listrik, internet dan air,  sedekah, transfer dan tarik saldo.  
 
Payten punya fitur Belanjaqu yakni aplikasi di Paytren yang dapat menjalankan aktivitas jual dan beli barang online layaknya aplikasi belanja online yang serupa. Lalu ada Paytren Connec, layaknya media sosial, di mana pengguna bisa mengobrol sesame mitra Paytren seputar permasalahan dan pemasaran lisensi Paytren.

Selain produk uang elektronik, Paytren  punya layanan investasi yakni produk emas Paytren. Dengan fasilitas produk ini, mitra pengguna aplikasi Paytren dapat melakukan jual beli emas dan juga simpan emas. 

Paytren ini punya dua jenis dompet digital. Pertama, Paytren untuk mitra pengguna dapat menggunakan aplikasi Paytren secara gratis tanpa perlu membeli lisensi, aplikasi ini biasa disebut Paytren e-money. Kedua, Paytren mitra bisnis untuk pengguna yang sudah terdaftar dan upgrade status dari mitra pengguna menjadi mitra bisnis. 

Produk dompet elektronik ini dikelola oleh PT Veritra Sentosa Internasional (Treni). Hingga saat ini, pengguna Paytren tersebar di berbagai negara seperti di Hong Kong, Taiwan, Malaysia, Singapura, Timur Tengah dan Korea Selatan.

DOKU

DOKU Wallet adalah sebuah dompet virtual yang menawarkan pengalaman belanja berbeda melalui online yang didirikan pada awal April 2013.

Pengguna dompet digital di DOKU ini terbagi menjadi dua bagian besar,  yakni user biasa dan user premium. Tentu saja, ada perbedaannya, pertama batas maksimal saldo bagi pengguna user biasa sebesar Rp 1 juta dan tidak dapat melalukan pemindahan dana DOKU Wallet dari dan ke sesama pengguna. 

Sedangkan, untuk pengguna user premium saldo di e-wallet bisa mencapai Rp 5 juta dan dapat menggunakan fitur transfer dan permintaan dana ke dan dari sesama pengguna DOKU Wallet yang sama berstatus user premium. 

Di awal tahun 2020 lalu, pengguna DOKU wallet tercatat mencapai 3 juta pengguna yang terhubung dengan 150.000 mitra bisnis.

kontan