Pecinta Forex, Cek Prediksi Euro Ini Buat Cari Cuan

Jakarta, Di pasar mata uang perdagangan (trading) euro melawan dolar Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu yang paling populer. Nilai tukar euro sendiri dalam beberapa hari terakhir mulai bangkit setelah terpuruk di sepanjang kuartal I-2021.

Melansir data Refintiv, Senin kemarin Euro menguat 0,42% ke US$ 1,1811. Sementara pada hari ini, Selasa (6/4/2021), mata uang 19 negara ini turun tipis 0,05% di US$ 1,1805.

Sepanjang kuartal I-2021, euro jeblok nyaris 4%, padahal di awal Januari lalu sempat menyentuh level US$ 1,2349, tertinggi sejak April 2018.

Jebloknya nilai tukar euro terjadi akibat kasus pandemi akibat virus corona (Covid-19), yang beberapa kali mengalami lonjakan kasus, bahkan kini dianggap mengalami serangan gelombang ketiga.

Alhasil, pemulihan ekonomi Eropa yang sebelumnya diperkirakan akan unggul ketimbang Amerika Serikat (AS). Tetapi kini sebaliknya, perekonomiannya AS diperkirakan akan lebih unggul ketimbang Eropa, dengan stimulus moneter dan fiskal yang jumbo, serta vaksinasi yang dilakukan dengan cepat.

Meski demikian, dalam beberapa bulan ke depan, euro diperkirakan menguat melawan dolar AS. Hal tersebut tercermin dari hasil polling yang dilakukan Reuters.

Hasil polling terhadap beberapa bank investasi menunjukkan median dalam 1 bulan ke depan euro berada di US$ 1,1800. Memang masih lebih lemah dari level saat ini, tetapi banyak bank yang memprediksi lebih tinggi dari level tersebut.

Bank ANZ misalnya, memprediksi euro berada di level US$ 1,2100 satu bulan ke depan, begitu juga dengan National Australia Bank (NAB). Sementara itu Morgan Stanley dan Deutsche Bank memprediksi di level US$ 1,2000.

Sementara itu dalam 3 bulan ke depan atau di akhir kuartal II-2020, median dari polling tersebut menunjukkan euro berada di level US$ 1,9000. Bank ANZ justru memberikan prediksi euro berada di level US$ 1,2000 meski lebih tinggi ketimbang median, tetapi di bawah prediksinya untuk satu bulan ke depan.

NAB memberikan proyeksi euro di US$ 1,2600 di akhir kuartal II, sementara Morgan Stanley di US$ 1,2200, dan Deutsche Bank di US$ 1,2500.