Meraup Sukses di Bisnis Sayuran Berkat Ilmu Pertanian

Minggu, 02 Mei 2021 | 12:05 WIB


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Havid Vebri

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi orang kebanyakan, profesi yang menjanjikan kesuksesan di masa depan biasanya tidak jauh dari pegawai kantoran, pebisnis, ataupun di bidang akademik. Namun beberapa orang mampu keluar dari anggapan mainstream tersebut.

Mereka bisa membuktikan bahwa kesuksesan secara finansial bisa ditempuh lewat jalur yang tidak biasa. Sandi Octa Susila salah satunya. Pemuda asli Cianjur, Jawa Barat, ini mampu muncul sebagai pebisnis sayur-mayur dengan omzet Rp 800 juta per bulan. Bahkan produk sayurnya siap merambah pasar mancanegara.

Kisah Sandi sungguh menginspirasi bagi milenial. Bagaimana tidak, dengan latar belakang pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB), ia sukses mengaplikasikan ilmu yang diperoleh bangku kuliah untuk memajukan pertanian di daerahnya.

Tidak tanggung-tanggung, selain kuliah strata I (SI) jurusan Agronomi dan Hortikultura, ia juga mengambil jenjang S2 untuk Master Manajemen Agribisnis di IPB.

Sandi sebenarnya dari awal belum tertarik untuk terjun serius ke dunia pertanian dan menjadi pebisnis di bidang itu. Dengan bekal kuliah di IPB, ia berkeyakinan bisa membuka peluang kariernya di mana pun. Hal itu berubah total saat dirinya duduk di semester V, tepatnya di tahun 2014.

Saat liburan semester kampusnya, Sandi menyempatkan untuk pulang ke rumah di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.

Saat itu, ia mengisi kekosongan waktu liburnya dengan mengunjungi petani-petani sekitar tempat tinggal guna melihat hasil sayuran yang memang banyak ditanam di lingkungan desa tersebut.

Saat berkeliling Sandi terkejut, karena mendapati banyak hasil panen kebun sayur di lingkungan dan milik orangtuanya tidak terjual secara maksimal.

"Tidak hanya masalah produksi, ternyata masalah juga ada pada pemasaran," kenangnya.

Maka, pemuda kelahiran tahun 1992 ini mencoba mengembangkan pertanian dalam skala pasar modern, bukan lagi pasar tradisional. Semenjak itu Sandi berupaya berdiskusi dengan para petani sekitar, dalam membantu memaksimalkan hasil penjualannya melalui platform online.

Produk yang dipasarkan mulai cabai merah, brokoli, paprika, terung, sawi hijau, dan lain sebagainya untuk dipasarkan melalui indotrading.com. Sandi juga intens berdiskusi dengan petani untuk menggali manfaat kesehatan dari sayur-sayuran tersebut.

Berbagai informasi yang ia dapat kemudian dijadikan sebagai narasi dari setiap produk sayuran yang ia jual di platform daring tersebut. Selain itu, ia juga mengemas produk sayuran semenarik mungkin lewat berbagai angle foto yang kemudian di-upload di flatform online.

Sejak saat itu, usahanya mulai menarik minat konsumen digital untuk membeli produk hasil pertanian di wilayah tempat tinggalnya. Geliat pertumbuhan penjualan produk pertanian secara daring yang menguntungkan menambah tingkat kepercayaan petani di Cianjur.

Awalnya, Sandi hanya mengkoordinir 10 petani, kemudian bertambah menjadi 20 petani. Klien pertama Sandi adalah sebuah perusahaan cepat saji. Omzet yang ia terima Rp 3 juta dengan keuntungan sekitar Rp 500.000 per dua minggu. "Lumayan bagi seorang mahasiswa," kenang Sandi.

Ternyata, saat memulai usaha jualan itu, sang ayah tidak mengetahuinya. Nah, ketika ketahuan, sang ayah malah mendukung langkah Sandi. Ayah Sandi justru bangga, karena anaknya memilih menjadi pebisnis sayur-mayur sekaligus memajukan daerahnya.

Sempat ditipu

Dalam perjalanan bisnisnya, ia juga sempat mengalami kerugian karena ditipu konsumen. Total uang Rp 35 juta raib. Ceritanya, ada konsumen yang memesan produk sayur-mayur dalam jumlah besar.

Karena tidak berpikiran negatif, Sandi langsung saja mengirim berton-ton sayuran selama sebulan. Namun, belakangan orang tersebut kabur dan tidak bisa dihubungi lagi. Hal ini sempat membuat Sandi depresi.

Namun, atas keinginan kuat dan juga dukungan orangtua, Sandi bangkit kembali. Momen datang saat ada acara pekan karya ilmiah yang digelar di kampusnya pada tahun 2016. Kala itu ia ditawari untuk membuat olahan camilan organik. Ia langsung menyanggupi. Dan dari acara tersebut, Sandi berhasil meraup keuntungan hingga 100%.

Sejak itulah Sandi mencoba kembali menekuni jalur bisnis dengan lebih hati-hati. Sandi mulai berinovasi dengan menghasilkan produk hortikultura yang beraneka ragam. Total ada sekitar 500 jenis produk holtikultura yang dihasilkan pada tahun tersebut. Di antaranya 141 item sayuran, 40 item buah-buahan, dan sisanya umbi-umbian.

Ia menjalin kerjasama dengan seorang pemilik lahan untuk menanam berbagai komoditas sayuran tersebut. Saat itu, lahannya kurang dari 1 hektare (ha). Namun, berkat ilmu yang ia peroleh di bangku kuliah, dukungan petani lain, dan strategi penjualan online yang canggih, bisnis Sandi kian meroket.

Di tahun 2017, ia sudah bisa mengantongi omzet Rp 150 juta per bulan. Belajar dari kesalahan dan trik penipuan dagang online, Sandi juga memanfaatkan jejaring dan kenalan di IPB International Convention Center (IICC).

Dia pun berhasil menandatangani kerjasama menjadi supplier bahan baku makanan di hotel tersebut. "Saya lalu kirim kailan, pakcoy, dan produk pertanian lainnya," kata Sandi.

Di tahun 2018, ia mampu membeli lahan seluas 3 ha untuk ditanami berbagai jenis sayuran. Menariknya, Sandi juga membantu petani sekitar dalam permodalan dengan memberikan bantuan berupa pupuk, benih, dan pestisida.

Hasil panen petani kemudian diserapnya dengan harga bersaing. Misal, harga kentang petani yang biasanya hanya dihargai Rp 4.000 per kilogram (kg), ia beli seharga Rp 8.000 per kg; lalu ia jual ke perusahaan Rp 11.000 per kg.

Petani tertarik berpartisipasi. Karena, dari sisi value ada nilai tambah, dari sisi pasar ada kejelasan. Dan, yang paling penting, mereka mau diedukasi standar kualitas sesuai dengan keinginan klien Sandi.

Sebagai petani, ia juga memiliki kiat khusus dalam menyikapi kondisi cuaca yang tak menentu agar suplai ke konsumen tepat waktu. Antara lain dengan mengatur pola tanam, sehingga waktu dan jumlah pesanan ke masing-masing petani juga bisa terjadwal baik.

Pokoknya, harus diatur betul pola tanamnya. Ia berusaha memastikan kapan komoditas tertentu bisa panen tepat pada saat dibutuhkan. Setelah memastikan ketersediaan pasokan, ia kemudian mengelarkan PO atau purchase order yang disebar ke petani yang bekerjasama dengannya.

Petani sudah paham berapa rata-rata permintaan darinya. Berikutnya proses penyerahan produk dilakukan di kantor. "Terakhir, produk di-packing dan siap antar, serta diterima oleh klien kami pagi harinya," papar Sandi.

Memasok hotel

Untuk bendera usaha, ia pun mendirikan UD Mitra Tani Parahyangan sebagai perusahaan pemasok bahan baku hotel dan restoran. Total sekitar 25 hotel di Cianjur, Bogor, dan sekitarnya sudah menjadi klien Sandi.

Sebut saja Restoran Roofpark di Cimacan, Pesona Alam Resort Hotel, Royal Safari Garden Hotel, Grand Dhiara Hotel, dan Zuri Resort Hotel.

Ia juga mendirikan PT Bumi Parahyangan Investama, sebagai perusahaan yang khusus menaungi para investor yang tertarik bergabung dengannya di bidang agribisnis.

Untuk menjaga efisiensi, Sandi juga menerapkan penggunaan aplikasi untuk otomatisasi alur masuk hingga keluar sayur mayur. Rencananya, ia akan merilis Smart Farming berbasis robotic internet of things, dengan menggunakan teknologi sensor yang dikendalikan dari 1 unit komputer.

Guna mewujudkan cita-cita tersebut, Sandi sudah melakukan penjajakan dengan perusahaan asal Negeri Ginseng, Korea Selatan, pada 2019 lalu. Lewat kerjasama tersebut, ia memastikan ada sharing teknologi dari Korea Selatan yang bisa dia manfaatkan.

Pemanfaatan teknologi itu ia maksimalkan lewat Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) bentukannya. Dengan demikian, Sandi kini mengelola 4 instansi maupun perusahaan pertanian sekaligus. Yakni, UD Mitra Tani Parahyangan, P4S, Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, dan PT Bumi Parahyangan Investama.

Sandi pun kini membina 385 petani dengan pengelolaan lahan seluas 102 ha yang tersebar di berbagai wilayah. Lahan pribadi seluas 8 ha, lalu ada amanah dari PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII mengelola 94 hektare. "Omzet sekitar Rp 500 juta, kalau lagi tinggi sampai Rp 800 juta," ungkapnya.

Seiring dengan bisnis yang makin membesar, Sandi juga tengah menjajaki ekspor sayuran seperti jengkol dan daun singkong ke Dubai. Rencananya, ekspor itu akan dimulai pertengahan tahun ini.

kontan