Rupiah Menguat ke 14.300 per Dolar AS Usai The Fed Keluarkan Pernyataan

 

Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Kamis ini. Penguatan ini setelah keluarnya pertanyaan dari pejabat Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Mengutip Bloomberg, Kamis (27/5/2021), rupiah dibuka di angka 14.300 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.327 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.300 per dolar AS hingga 14.322 per dolar AS. jika dihitung dari awal tahun rupiah melemah 1,94 persen.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi, bergerak menguat setelah pernyataan pejabat bank sentral AS The Federal Reserve.

"Dolar AS outlook menguat pasca pernyataan pejabat The Federal Reserve Randal Quarles yang dipandang cenderung hawkish (pengetatan)," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya dikutip dari Antara.

Quarles mengatakan bahwa dia siap membuka pembicaraan tentang pengurangan beberapa dukungan darurat bank sentral AS untuk ekonomi meskipun dia menjelaskan rencana The Fed akan berjalan jika ekonomi menguat ke depannya dan harga-harga naik.

Selanjutnya pada hari ini pasar akan mencari katalis dari sejumlah data ekonomi AS seperti Prelim GDP, Unemployment Claims, dan Durable Goods Orders yang dirilis nanti malam.

Indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang utama lainnya saat ini berada di level 90,067, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya yaitu di posisi 90,042.

Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 1,581 persen, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya 1,574 persen.

Rilis inflasi pada Jumat (28/5) akan diawasi ketat oleh The Fed. Jika lebih kuat dari yang diharapkan, imbal hasil obligasi bisa naik dan menggerakkan dolar lebih tinggi. Jika melemah, prospek suku bunga rendah The Fed dapat berlanjut dan tren turun dolar dapat berlanjut.

BI: Nilai Tukar Rupiah Masih Terkendali

Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan nilai tukar rupiah terkendali didukung langkah stabilisasi yang dilakukan oleh BI. Nilai tukar rupiah pada 24 Mei 2021 menguat 0,63 persen secara point to point, dan 1,42 persen secara rerata dibandingkan dengan level April 2021.

"Perkembangan tersebut melanjutkan penguatan nilai tukar rupiah pada bulan sebelumnya sebesar 0,55 persen secara point to point," ungkap Perry dalam konferensi pers Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Mei 2021 pada pada Selasa 25 Mei 2021.

Penguatan nilai tukar rupiah, kata Perry, didorong oleh masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan domestik. Meskipun pada perkembangan terakhir mengalami tekanan akibat fluktuasi imbal hasil US Treasury Bond (UST).

Karena perkembangan tersebut, rupiah sampai dengan 24 Mei 2021 mencatat depresiasi sekitar 2,12 persen (ytd).

"Dibandingkan dengan level akhir 2020, relatif lebih rendah dari sejumlah negara berkembang lain, seperti Turki, Brazil, dan Thailand," sambung Perry.

Selanjutnya, BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar. Hal ini melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar.