Miliarder Muda, Sam Bankman-Fried yang Gemar Beramal

Sam Bankman-Fried menjadi salah satu orang termuda yang masuk ke dalam jajaran miliarder Forbes pada 2021. (CNNIndonesia/Fajrian),

Jakarta, Belum genap 30 tahun, namun Sam Bankman-Fried sudah masuk jajaran orang terkaya dunia 2021 versi Forbes. Dalam kurun tiga tahun, bisnis cryptocurrency yang Bankman-Fried bangun membawanya jadi miliarder. Bankman-Fried berada di jajaran ke-274 orang terkaya di dunia.

Bisnis pertukaran aset digital miliknya pun membuat Bankman-Fried masuk ke daftar Forbes '30 Under 30' 2021 dalam kategori keuangan. Bahkan, Bankman-Fried menjadi orang kedua terkaya dari aset kripto dengan kekayaan sebesar US$8,7 miliar.

Bankman-Fried dibesarkan oleh orang tua dengan latar belakang profesor hukum di Universitas Stanford. Dalam wawacaranya dengan Forbes, Bankman-Fried memutuskan mengambil jalan yang berbeda dengan kedua orang tuanya.

Usai menyelesaikan pendidikan fisika di MIT, Bankman-Fried bekerja di Jane Street Capital selama sekitar tiga setengah tahun.
"Itu adalah pengalaman kerja yang luar biasa. Saya meninggalkan Jane Street Capital untuk memulai ide saya sendiri dan masuk ke crypto," ujarnya kepada Forbes, dikutip Selasa (6/7).

Bisnis pertama Bankman-Fried adalah Alameda, perusahaan perdagangan kuantum kripto. Ide bisnis ini berawal dari proyeksinya terhadap likuiditas uang kripto yang akan melambung di kemudian hari. Namun, saat itu likuiditas uang kripto tak mencukupi.

Namun, uang kripto tengah menjadi buah bibir. Hampir semua orang membahas keberadaan uang kripto dari mulai pergerakan harga hingga arus yang masuk. 

Banyak orang di berbagai belahan dunia mencoba untuk membeli uang kripto dengan metode berbeda-beda.
Bankman-Fried melihat kondisi ini membutuhkan infrastruktur yang cukup untuk pasar kripto, dengan potensi permintaan akan melebihi likuiditas.

"Dan dapat menyebabkan spread besar di pasar dan perdagangan yang sangat bagus. Saya masuk ke crypto untuk melihat apakah yang saya harapkan benar, dan memang benar," kisahnya.

Setahun setelah itu, Bankman-Fried mulai membangun FTX, yang kini telah menjelma menjadi salah satu pertukaran aset digital terbesar dan paling cepat berkembang di dunia.

Namun, membangun FTX tak semudah itu. Pada akhir 2018, platform tersebut terbilang berantakan dan kehilangan US$1 juta per hari dari aset nasabah.
Belajar dari hal kesalahan tersebut, Bankman-Fried melihat masih ada celah besar untuk memperbaiki kekurangan dan menarik pasar.

"Saya ingin menggabungkan pembeli, penjual, dan pertukaran. Jadi kami meluncurkan FTX pada musim semi 2019 dan membangunnya dari nol hingga saat ini sebagai pertukaran mata uang kripto global terbesar keempat yang berbasis di luar China," ungkapnya.

Lebih dari sekadar platform pertukaran, Bankman-Fried ingin FTX bisa memiliki dampak positif di dunia. Bankman-Fried merupakan sosok yang mempercayai konsep altruisme. Konsep itu pula yang ingin dia terapkan dalam perusahannya. Altruisme merupakan konsep yang memperhatikan kesejahteraan orang lain di atas diri sendiri. 

"Untuk FTX, dengan semua fokus pada seluruh anggaran kami, bagian terbesar dari ini adalah menemukan cara paling efektif untuk menyumbang. Anda tidak akan pernah dapat mengukur dunia dengan sempurna, tetapi Anda dapat mencoba mengubah semuanya menjadi angka," ujarnya.

Tak hanya konsep altruisme, Bankman-Fried pun mempercayai konsep utilitarianisme. Konsep ini sering menjadi landasan berpikir Bankman-Friend. Secara singkat, utilitarianisme merupakan etika biasanya didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. Bankman-Fried mengaku ingin memaksimalkan setiap sen yang bisa dia kumpulkan untuk menjadi kebahagian 'bersih' di dunia. "Terdengar agak konyol.

Namun, selama Anda memaksimalkan hidup yang baik dan tidak melakukan kesalahan. Maka Anda sudah menjalani kehidupan yang baik. Anda harus memikirkan apa yang akan Anda lakukan dengan hidup Anda, dan pilihan apa yang Anda miliki yang akan memaksimalkan menempatkan dunia ke tempat terbaik.

Dari konsep berpikir tersebut, Bankman-Fried pun terkenal dengan aksi filantropinya. Awalnya, perusahaan akan memberikan 1 persen dari uang yang didapat untuk amal. Namun, Bankman-Fried memiliki konsep lain yakni memberikan pilihan kepada penggunanya agar terlibat dalam proses amal. Pengguna FTX bisa memilih yayasan mana yang mau disumbang dengan nominal yang mereka tentukan sendiri. Bankman-Fried bahkan terkejut karena banyak dari pengguna FTX yang mau turut serta dalam program amal tersebut. Bahkan ada yang berjanji untung menyumbangkan US$5,6 juta. "Jadi saya pikir ada potensi besar dalam crypto untuk memberikan dampak positif bagi banyak orang," pungkasnya.