Mobil Listrik di RI Bila di Atas Rp 300 Juta, Ma'af Susah Laku

Foto: Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) resmi menggunakan mobil listrik sebagai kendaraan dinas untuk pertama kalinya. Hari ini, Selasa (29/12) PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) secara resmi menyerahkan tiga unit mobil listrik kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau yang akrab disapa Kang Emil. Ketiga mobil tersebut adalah 2 unit IONIQ Electric dan 1 unit KONA Electric. (Dok: Istimewa)


Jakarta, Harga mobil listrik Indonesia harus turun supaya laku di Indonesia. Hal ini karena porsi pembelian mobil bagi kebanyakan masyarakat masih berkutat di angka Rp 300 juta ke bawah. Saat ini mobil listrik termurah di Indonesia dijual oleh Hyundai sekitar Rp 600-an juta.

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi, mengatakan market potensial untuk otomotif roda empat di RI masih berkutat di harga Rp 300 juta ke bawah. Kendaraan seperti Avanza, Xenia, Agya, Ayla masih memiliki porsi terbesar di Indonesia.

Makanya supaya industri kendaraan mobil listrik berkembang di Indonesia, produsen harus menekan harga hingga Rp 300 juta ke bawah. Sejalan dengan daya beli masyarakat kebanyakan yang mengarah di segmen tersebut.

"Jika ingin berkembang (industri mobil listrik) kita harus menekan harga jadi Rp 200 - 300 juta, daya beli masyarakat mengarah ke situ," jelasnya dalam Investor Daily Summit, Rabu (14/7/2021).

Melihat permintaan mobil listrik di Indonesia juga semakin meningkat. Dari catatan Gaikindo penjualan mobil battery electric vehicle (BEV) di 2019 masih belum ada peredarannya, lalu mulai meningkat pada 2020 menjadi 120 unit, pada periode Januari - Juni 2021 meningkat menjadi 488 unit.

Sementara untuk penjualan mobil hybrid (HEV) juga mengalami peningkatan dari 1.108 unit di 2020 menjadi 1.378 unit pada periode Januari - Juni 2021. Begitu juga dengan plug in hybrid (PHEV) dari 6 unit pada 2020 menjadi 34 unit di Januari - Juni 2021.

Nangoi menjelaskan dalam upaya mengurangi emisi gas buang, tidak semua kendaraan bisa diubah menjadi bertenaga listrik dalam pengembangan. Kendaraan angkutan berat dan jarak panjang masih butuh waktu yang lebih lama untuk menjadi bertenaga listrik.

"Tapi ada alternatif lain menggunakan biodiesel, untuk kendaraan besar. Karena dalam upaya pengurangan gas emisi ini tidak bisa single solution, melainkan harus ada beberapa alternatif lain, seperti biodiesel," jelasnya.