Salah Satu Wanita Paling Berpengaruh di Industri Keuangan Global


Lahir di keluarga miliarder tak otomatis membuat anak ataupun cucu mengikuti jejak pendahulunya. Banyak kisah di dunia ini baik anak hingga cucu tak mampu meneruskan bisnis keluarga hingga akhirnya bangkrut.

Nah hal ini tak terjadi pada Abigail Jhonson yang sukses mengambil tongkat estafet bisnis keluarganya Fidelity Investments sejak tahun 2014. Ia menggantikan ayahnya untuk mengurusi Fidelity yang sudah dijalankan bisnis oleh sang kakek Edward Johnson II tahun 1946 silam.

Di tangan wanita 59 tahun ini, Fidelity Investment memang menjadi salah satu manajer investasi yang disegani di Amerika Serikat. Abby nama panggilan di teman-temannya ini dinobatkan menjadi salah satu wanita berpengaruh di dunia. Abby menurut Forbes menjadi wanita terkaya ke-6 di Amerika dan menjadi wanita paling kuat di bidang keuangan.

Dalam catatan Forbes, ibu dari dua anak ini mempunyai harta kekayaan US$ 22,3 miliar. Asal tahu saja, semua kekayaan  itu didapatkannya ga tak mudah.

Sebelum diangkat menjadi bos di Fidelity, Abby sempat bekerja di perusahaan lain.  Abby sempat bekerja sebagai konsultan di Booz Allen Hamilton.

Saat memulai karier di Fidelity, Abby tak langsung masuk menjadi pucuk pimpinan di Fidel.  Hampir mirip dengan karyawan lain, wanita rambut pendek ini mulai bekerja sebagai analis di Fidelity pada tahun 1988. Ia juga sempat masuk ke departemen hubungan pelanggan yang melayani panggilan telepon.

Perlahan-lahan, Abby masuk dalam jajaran eksekutif dalam Manajemen Fidelity dan Penelitian (FMR) pada tahun 1997. Lalu di Mei 2001, Abby menjadi menjadi Presiden di divisi reksa dana Fidelity.

Ia mulai menjadi orang ketiga berkuasa di perusahaan setelah ayahnya dan Robert L. Reynolds, CEO Fidelity Investments.

Nah, Agustus 2014, barulah Abby dipercaya sang ayah untuk memimpin Fidel. Saat mengambil alih kendali Fidelity Investments saat itu, perusahaan di masa sulit.

Saat itu, Fidelity masing-masing mengelola reksadana domestik dan luar negeri senilai US$ 900 miliar dan US$ 100 miliar.  

Kala itu, Fidelity menghadapi dua tantangan. Salah satu kekhawatiran adalah pasar bearish yang telah membuat banyak nilai saham terpukul, sementara tantangan lainnya datang dari pesaing mereka, Vanguard Group yang telah menguasai pasar keuangan.

Untuk memperbaiki situasi, Abby mengubah kebijakan perusahaan dari pertumbuhan kecil dan bertahap untuk memasukkan merger dan akuisisi berkala. Sebagai Presiden Fidelity, dia mendorong pembelian dan penjualan agresif di pasar terbuka, tanpa melihat indeks pasar.

Perintahnya ke manajer portofolionya cukup sederhana dengan meminta lebih agresif dalam strategi akuisisi.

Akhirnya, Abby bisa membawa Fidelity menjadi sebuah kerajaan manajer investasi. Dia memegang sekitar 24,5% saham di perusahaan yang memiliki hampir US$  2,7 triliun dalam bentuk aset yang dikelola.

Warisan keluarganya dikombinasikan dengan kesuksesan profesionalnya menjadikannya pengusaha wanita terkaya keempat di Amerika pada tahun 2017.  

Dia menjadi wanita pertama yang melayani di dewan Forum Layanan Keuangan global yang merupakan organisasi kebijakan ekonomi dan layanan keuangan non-partisan Amerika Serikat. Ia juga menjadi Anggota Financial Stability Forum dari kalangan CEO lembaga jasa keuangan terbesar dan paling beragam, yang beroperasi di Amerika.

Selanjutnya Abby juga mulai masuk ke bisnis uang kripto yang pamornya terus menjulang tinggi di AS.

sumber