Jadi Pencurian Terbesar dalam Sejarah, Geger Kripto Raib Rp 8,7 T

Foto: Getty Images/da-kuk

Peretas atau hacker telah mencuri uang kripto (cryptocurrency) sekitar US$ 600 juta atau sekitar Rp 8,7 triliun (kurs Rp 14.400). Kejadian tersebut dikatakan sebagai pencurian terbesar dalam sejarah industri kripto.
Kerentanan di Poly Network memungkinkan pencuri untuk kabur dengan dana tersebut. Demikian keterangan platform tersebut disadur detikcom dari CNN, Kamis (12/8/2021).

Pihaknya memohon sang hacker untuk mengembalikan uang yang telah dicurinya.
"Jumlah uang yang Anda retas adalah yang terbesar dalam sejarah defi," tulis Poly Network dalam sebuah surat kepada penyerang yang diposting ke Twitter.

"Uang yang Anda curi berasal dari puluhan ribu anggota komunitas kripto ... Anda harus berbicara dengan kami untuk mencari solusi," sambungnya.

Setelah peretasan, Poly Network membuat beberapa alamat, di mana si hacker dapat mengembalikan uang yang telah dia rampas. Dan tampaknya peretas mau diajak bekerja sama. Pada Rabu pagi, Poly Network mengatakan telah menerima kembali sekitar US$ 4,7 juta. Tapi belum jelas siapa yang berada di balik peretasan tersebut.

Pada siang hari, lebih banyak uang yang telah dikembalikan, yakni sekitar US$ 261 juta menurut perusahaan forensik blockchain, Chainalysis. Dalam catatan yang ditambahkan ke beberapa transaksi, Chainalysis mengatakan, hacker mengklaim telah meretas Poly Network untuk bersenang-senang dan bahwa dia melakukan serangan itu sebagai tantangan.

"Saya bertanggung jawab untuk mengekspos kerentanan sebelum orang dalam menyembunyikan dan mengeksploitasinya!" tulis si hacker.

"Saya mengerti risiko mengekspos diri saya bahkan jika saya tidak melakukan kejahatan. Jadi saya menggunakan email sementara, IP atau disebut sidik jari yang tidak dapat dilacak. Saya lebih suka tetap dalam kegelapan dan menyelamatkan dunia," lanjutnya.

Setelah peretasan mendapatkan perhatian dunia, Chainalysis menilai hampir tidak ada cara bagi peretas untuk menarik dana dengan aman. Sebab, setiap transaksi dicatat dan dapat dilacak.

"Dengan transparansi yang melekat pada blockchain dan mata seluruh industri tertuju pada Anda, bagaimana mungkin peretas cryptocurrency berharap untuk melarikan diri dengan cache besar dana curian?" tulis perusahaan dalam laporannya.

"Dalam kebanyakan kasus, yang terbaik yang bisa mereka harapkan adalah menghindari penangkapan karena dana tersebut membeku di dompet pribadi yang masuk daftar hitam," tulis perusahaan lebih lanjut.

Regulator telah meningkatkan pengawasan terhadap platform kripto karena investor menuangkan miliaran dolar ke dalam mata uang digital. Senator Elizabeth Warren baru-baru ini meminta Ketua SEC Gary Gensler untuk menyelidiki kemampuan SEC untuk mengawasi perdagangan di platform kripto.

"Saat ini, saya yakin investor yang menggunakan platform ini tidak terlindungi secara memadai," kata Gensler minggu lalu.