Teknologi dan Digitalisasi Bawa Perubahan Positif bagi Sektor Perikanan

 

eFishery SmartFeeder. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Capaian Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan mendapatkan pengakuan dari Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO). Ketahanan pangan tersebut tercapai berkat peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi konsumsi pangan pokok, penguatan cadangan pangan dan sistem logistik, memperbanyak tenaga ahli pertanian, serta pengembangan pertanian modern lewat teknologi.

Menurut FAO, inovasi teknologi dan digitalisasi seperti e-agriculture yang dikembangkan oleh akademisi dan industri di Indonesia mampu membantu petani dan konsumen mengatasi masalah kerawananpangan, masalah gizi, dan berkurangnya sumber daya alam.

Menanggapi hal ini, Co-founder dan CEO eFishery Gibran Huzaifah menyatakan, pihaknya percaya dengan penerapan teknologi akan membawa dampak positif, begitu pun di industri akuakultur yang menjadi fokus dari eFishery.

"Ketersediaan nutrisi yang terjangkau dan proses produksi pangan yang berkelanjutan bisa menjadi solusi untuk masalah ini. Dan perikanan punya potensi sangat besar untuk mengambil peranan penting dalam mewujudkan hal tersebut," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (18/10/2021).

Gibran menjelaskan bahwa eFishery selalu menjadi solusi untuk mengatasi masalah fundamental dalam industri akuakultur dengan menyediakan teknologi yang terjangkau. Salah satunya melalui aplikasi eFisheryKu yang baru saja diperkenalkan pada bulan Agustus lalu. Aplikasi ini merupakan aplikasi koperasi digital sebagai pendukung bisnis budidaya ikan di Indonesia.

Dengan menggunakan data dan teknologi, eFishery berkomitmen membantu para pembudidaya ikan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas budidayanya, lebih mudah untuk mendapatkan permodalan, serta mendapatkan akses untuk memperluaspasar. Salah satu daerah di Indonesia yang melek teknologi dalam praktik budidaya perikanan adalah KabupatenTulungagung, Jawa Timur.

Kabupaten ini termasyhur sebagai daerah penghasil ikan konsumsi sepertipatin, lele, gurami, tombro, nila hitam, dan tawes. Tercatat ada 12.220 orang pembudidaya ikan yang menggantungkan mata pencahariannya dari ikan konsumsi di 12 kecamatan seperti Ngunut, Rejotangan, Sumbergempol, Boyolangu, Kedungwaru, Ngantru, dan Kauman. Sedangkan untuk budidaya ikan di airderas bisa ditemui di Kecamatan Pagerwojo dan Sendang.

Tantangan Budidaya Ikan di Tulungagung

Meskipun tinggal di daerah berstatus Sentra Perikanan Budidaya, namun para pembudidaya ikan dari Tulungagung tidak lepas dari masalah klasik tingginya biaya produksi akibat harga pakan yang mahal.

Padahal pakan merupakan komponen utama dalam struktur budidaya perikanan. Ditambah dengan cukup seringnya ikan hasil panen tidak bisa dijual akibat fluktuasi harga yang cenderung merugikanpembudidaya.

Hal tersebut dijelaskan oleh Muktasim, salah seorang pembudidaya ikan patin dari Tulungagung. Dalam kondisi sulit seperti itu, ia menuturkan, para pembudidaya tidak memiliki pilihan lain kecuali menjual ikandengan harga yang ditentukan sepihak oleh pembeli.

Kondisi seperti itu tidak asing karena Muktasim sudah mengalaminya sejak 1996 lalu, saat dirinya pertamakali menekuni profesi sebagai pembudidaya ikan. Hal tersebut berubah sejak 2019, ketika seorang temannya memperkenalkan metode budidaya ikan berbasis teknologi yang diusung eFishery.

“Bergabung dengan eFishery ada banyak manfaat yang saya rasakan. Terutama mereka memberikan solusi masalah pakan berupa efisiensi pakan menggunakan mesin pelontar otomatis dan pinjaman pakan, serta membantu membuka jaringan pemasaran,” ujar Muktasim.

Dikenalkan ke Beragam Teknologi

Mesin eFishery yang dipasang di tempat pembudidayaan ikan (kredit: efishery)

Muktasim menjadi satu dari 18.000 pembudidaya ikan yang telah tergabung dalam ekosistem eFishery. Ia telah diperkenalkan dengan beragam teknologi akuakultur yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan usahanya. Contohnya seperti eFisheryFeeder Ikan, yaitu mesin pemberi pakan ikan otomatis yang dapat dikontrol melalui ponsel mereka.

Dengan eFisheryFeeder Ikan, Muktasim bisa dengan mudah mengatur jadwal pemberian pakan dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Tidak hanya itu, setiap pakan yang dikeluarkan melalui eFishery Feeder akan tercatat secara otomatis sehingga pembudidaya dapat terus memantau pengeluaran pakan setiap hari tanpa harus mencatat secara manual.Selain itu ada juga layanan penyediaan pakan eFisheryFeed yang terintegrasi dengan layanan eFishery Fund.

“Melalui eFishery Feed, pembudidaya bisa mendapatkan berbagai merek pakan sesuai kebutuhan dengan harga yang lebih kompetitif. Selain itu, pembelian pakan juga bisa lebih mudah karena kami menyediakan opsi pembayaran dengan sistem tempo eFishery Kabayan (Kasih Bayar Nanti) yangmenjadi bagian dari eFisheryFund,” ujar Gibran.

Berkat pemanfaatan teknologi tersebut, Muktasim yang awalnya memiliki hanya 15 kolam patin, dalam 2 tahun terakhir mampu menambah jumlah kolam budidayanya menjadi 35 kolam. Sehingga hasil panenyang diraup oleh Muktasim mampu mencapai 10 hingga 15 ton ikan patin per bulan, dari yang sebelumnya hanya berkisar 5 ton per bulannya.

Bantu Ekspansi Pengusaha Pakan

Tidak hanya pembudidaya ikan, pemanfaatan teknologi yang tepat juga terbukti mampu meningkatkan penjualan agen pakan ikan yang dikelola Basori.

Pria asal Malang tersebut bahkan mampu melebarkansayap bisnisnya ke Kediri dan Blitar dalam 4 tahun terakhir, alias sejak dirinya berkenalan dengan eFishery.

Ia mencatat dalam sebulan perusahaannya bisa memasok 70 hingga 150 ton pakan per bulan ke tiga kotatersebut. Pasok pangan ini meningkat signifikan jika dibandingkan dengan catatan 4 tahun lalu yang hanya berkisar 25 hingga 35 ton per bulan.

Soal angka, Basori juga mengungkapkan kalau angka pertumbuhandalam bisnisnya hingga 70 persen dan kontribusi eFishery mencapai 35 persen. Angka tersebut menurut Basori bisadicapai, karena eFishery bisa membuka akses pasar yang selama ini belum dijangkau.

lptn6