Fund Manager RI Pasang Kuda-kuda, Hitung Mundur Tapering!


Jakarta, Perusahaan pengelola aset atau manajer investasi (fund manager) di Tanah Air sudah memprediksi risiko pengurangan pembelian aset atau tapering awal yang akan dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (the Fed), pada November ini.

Kepala Ekonom PT Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat menilai, pelaku pasar sudah mengantisipasi mengenai rencana tapering tersebut sejak triwulan pertama tahun ini. Sehingga, kata dia, efek tapering The Fed akan lebih terbatas tidak seperti di tahun 2013 silam.

Selain itu, gejolak terhadap tekanan indikator keuangan domestik seperti nilai tukar rupiah juga terbatas karena keberhasilan penanganan pandemi Covid-19 oleh pemerintah dan ditopang kenaikan komoditas seperti nikel dan batu bara.

"Dampak [tapering The Fed] ke Indonesia tidak sedramatik 2013," kata Budi Hikmat, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Rabu (3/11/2021).
Di masa tapering, Bahana melihat potensi investasi saham akan mampu mengalahkan obligasi.

Meskipun, dalam kurun waktu 7 tahun terakhir, indeks Surat Berharga Negara (SBN) sudah mengalahkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saat ini potensi kenaikan SBN cenderung terbatas dengan risiko tapering.

"Ini kesempatan investasi saham mengalahkan obligasi," kata dia.
Dia menilai, IHSG di akhir tahun 2021 ini akan mendekati level 7.000. Hal ini akan ditopang masih derasnya aliran dana asing dengan posisi Rupiah yang stabil didorong oleh peningkatan ekspor dan kenaikan harga komoditas.

Namun demikian, pengendalian neraca transaksi berjalan masih menjadi pekerjaan rumah besar Indonesia karena erat kaitannya posisi Rupiah dan minat asing ke pasar domestik.