Pasar Valas Lagi "Pause", Rupiah Apa Kabar?


Jelang rilis data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS), perdagangan di pasar valuta asing (valas) diperkirakan lebih rendah dari biasanya. Maklum saja, data tersebut bisa memberikan gambaran bagaimana kinerja perekonomian AS yang nantinya bisa berdampak pada kebijakan moneter.

Akibat aktivitas yang rendah di pasar valas, rupiah pun stagnan melawan dolar AS di Rp 14.150/US$ pembukaan perdagangan Rabu (27/10). Setelahnya rupiah masuk ke zona merah, melemah 0,07% di Rp 14.160/US$ pada pukul 9:08 WIB.

Hasil polling Reuters menunjukkan produk domestik bruto (PDB) AS "hanya" tumbuh 2,8% di kuartal III-2021, melambat dari sebelumnya 6,7%.

Sehari setelah rilis data PDB, Amerika Serikat akan melaporkan data inflasi versi personal consumption expenditure (PCE) yang merupakan acuan bank sentral AS (The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter.

Dan puncaknya pada pekan depan, The Fed akan mengumumkan waktu tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE). Pasca pengumuman tersebut, pasar valas berpeluang mengalami pergerakan yang besar.

Sementara itu sentimen positif bagi rupiah lagi-lagi datang dari harga batu bara yang kembali menanjak Selasa kemarin. Dengan demikian si batu hitam sudah membukukan penguatan 3 hari beruntun dengan persentase sekitar 10%.

Batu bara merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia, Kenaikan harganya membuat neraca perdagangan mencatat surplus, dan pendapatan pajak negara melonjak, sehingga memberikan dampak positif ke rupiah.

Pasokan batu bara dari China yang berisiko tersendat akibat lockdown di beberapa wilayah penghasil membuat harga batu bara kembali menanjak. Padahal pekan lalu pemerintah China mengumumkan rencana intervensi di pasar batu bara, beberapa produsen diizinkan meningkatkan produksinya. Alhasil, sepanjang pekan lalu harga batu bara jeblok lebih dari 2%.

Tetapi di pekan ini, China malah membuat harga batu bara kembali menanjak. Dalam beberapa hari terakhir Negeri Tiongkok mengalami kenaikan kasus penyakit akibat virus corona, sehingga agar tidak meluas lockdown kembali dilakukan.

Dalam sepekan terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 44 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata tujuh hari sebelumnya yaitu 28 orang saban harinya.

Secara nominal, angka penambahan kasus di Negeri Tirai Bambu memang kecil. Namun pemerintah China menganut kebijakan tiada toleransi untuk urusan Covid-19 (zero Covid-19 strategy).

Jadi walau angka kecil, tren kenaikan sudah cukup buat pemerintah memberlakukan lockdown. Sejumlah kota kini tengah memberlakukan lockdown seperti Erenhot, Ejina, Xian, hingga Yinchuan.

Xian adalah ibu kota Provinsi Shaanxi. Sementara Erenhot dan Ejna adalah wilayah di Inner Mongolia. Dua provinsi ini merupakan penghasil batu bara utama di China.

CNBC