3 Tantangan Besar Indonesia Jadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Pemandangan gedung-gedung bertingkat di Ibukota Jakarta, Sabtu (14/1). Hal tersebut tercermin dari perbaikan harga komoditas di pasar global. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Menteri BUMN Erick Thohir menyebutkan, Indonesia punya tiga tantangan besar jika ingin menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia. Ketiga tekanan tersebut datang secara bersamaan, sehingga makin memberatkan.

Aspek pertama, Erick Thohir mengatakan, seluruh pelaku usaha di Indonesia harus berhadapan dengan yang namanya disrupsi digital.

"Satu, disrupsi daripada digitalisasi yang merubah daripada namanya job ke depan. Ada yang ada, ada yang hilang. Merubah juga jenis usaha ke depan. Mau bicara universitas yang namanya edutech, atau mau bicara financial, dan lain-lain," tuturnya dalam orasi ilmiah yang disampaikan di ITS Surabaya, Sabtu (11/12/2021).

Tekanan berikutnya, Indonesia juga harus bisa bertahan daripada tuntutan pasar global. Ini diakibatkan oleh rantai pasok atau supply chain yang goyang, sehingga pada akhirnya turut terdisrupsi.

"Beberapa hari lalu, untuk pertama kalinya kita menjual urea industri kita ke Korea, yang selama ini didapatkan dari China. Belum selesai, Australia nelepon juga, minta beli juga. Tetapi, harga fosfat-fosfatnya juga makin mahal, yang kita beli dari Maroko ataupun Jordan," ungkapnya.

Kekayaan alam yang dimiliki Nusantara pun kemudian memancing negara-negara besar dunia untuk memaksa Indonesia dalam forum G20 untuk menandatangani Supply Chain Agreements. Erick bersyukur Presiden Joko Widodo (Jokowi) menolaknya.

"Terimakasih kepada bapak Presiden, beliau menolak, dan kami menteri-menteri pun mendukung untuk menolak. Karena ini bukan eranya lagi kita melepas sumber daya alam kita dipakai untuk pertumbuhan ekonomi bangsa lain. Sudah waktunya sumber daya alam kita dipakai untuk pertumbuhan bangsa kita," tegasnya.

Ketahanan Kesehatan

Menteri BUMN, Erick Thohir (dok: KBUMN)

Ketiga, Indonesia juga harus punya ketahanan kesehatan yang baik. Terlebih, dunia juga hingga saat ini masih terus berjibaku menghadapi kasus pandemi Covid-19, yang belum pasti kapan akan selesai.

"Apalagi kita tetap mengalami tekanan kesehatan. Yang ini datang mungkin 10 tahun sekali, yang akhirnya ketidakpastian ekonomi terjadi. Ketika covid naik, ekonominya turun," kata Erick.

Karena itu, Erick menambahkan, dirinya yang kini mengomandani seluruh BUMN menyadari, bahwa ia bertanggung jawab akan 1/3 dari kekuatan ekonomi Indonesia, dan perlu melakukan penyeimbangan atau intervensi.

"Jadi saya bilang, sudah waktunya kita menjadi sentra pertumbuhan ekonomi dunia yang berdasarkan roadmap yang Indonesia punya, bukan yang negara lain punya," pungkas Erick Thohir.

lptn6