Mata Uang Digital Bank Sentral Jadi Bahasan Utama di FCBD Meeting Presidensi G20

Finance and Central Bank Deputies Meeting (FCBD) menjadi rangkaian acara Forum G20 di Bali (dok: Bank Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) saat ini tengah membahas terkait pertimbangan perilisan Central Bank Digital Currency atau mata uang digital, dalam pertemuan 1st Finance and Central Bank Deputies (FCBD) Meeting selama dua hari, 9-10 Desember 2021 di Bali.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo, menjelaskan, secara garis besar dari sisi mata uang digital menjadi topik prioritas dalam pelaksanaan Presidensi G20 Indonesia tahun 2022.

“Di dalam international Financial Architecture, terkait dengan mata uang digital yang dikeluarkan oleh bank sentral central bank digital currency, ini yang juga sedang dibahas dalam topik prioritas,” kata Dody.

Pembahasan itu penting dilakukan untuk melihat dampak CBDC kepada makro finansialnya, serta terhadap efektivitas kebijakan moneter sistem keuangan.  

“Dan itu juga menjadi salah satu faktor, kemudian mendorong CBDC harus dirilis, karena kalau benefitnya banyak berarti resikonya juga harus kita timbang,” ucapnya.

Tak kalah penting lainnya, dalam menyambut Presidensi G20 mendatang, dalam pertemuan FCBD juga dibahas terkait international financial arsitechtur. Hal ini lebih menyangkut kepada bagaimana tatanan struktur dari pada sistem keuangan dunia yang dilihat perlu adanya penguatan.

“Ini merupakan isu lama setiap presidensi G20 dari tahun ketahun isu masalah internasional arsitektur ini selalu menjadi isu yang dibahas,” ujarnya.

Sektor Keuangan

Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama dengan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Forum G20 di Bali (dok: Bank Indonesia)

Selain itu, rencananya nanti juga akan dibahas terkait financial sector regulation, dan financial inclusion. Dody menjelaskan, dalam financial sector regulation dilihat bagaimana sektor keuangan ini bisa keluar dari kebijakan yang akomodatif dalam waktu yang tepat.

“Sekali lagi bahwa kita tahu bahwa stabilitas sistem keuangan sekarang ini tentunya terjaga karena hampir di banyak negara melakukan relaksasi kebijakan. Kapan timing relaksasi itu dilepas karena ini juga akan membentuk sistem keuangan yang kuat kembali kepada posisi yang normal,” jelasnya.

Dengan demikian, semua anggota negara G20 sepakat untuk membahas bersama poin-poin tersebut dalam presidensi G20 Indonesia. Lantaran merupakan permasalahan yang dihadapi oleh semua negara dalam sektor keuangan saat pandemi covid-19.

“Kemudian isi yang lain tentunya menjadi isu yang juga perlu diperhatikan adalah resiko dari digital Finance. Semua member sepakat untuk G20 Indonesia address masalah cyber security, cyber fraud ini juga perlu dilihat resiko cryptocurrency. Jadi kurang lebih itu yang dibahas dalam pertemuan selama 2 hari ini,” pungkasnya.   

 lptn6