Mata Uang China Makin Laku Dipakai di Dunia, Tanda Apa?

Foto: Reuters

Jakarta, Kinerja kuat diperlihatkan oleh Yuan. Pada Januari lalu pangsa pembayaran global berbasis mata uang ini mencapai rekor tertinggi 3,2% naik dari 2,7% di bulan sebelumnya.

Hal ini mendorong mata uang China mempertahankan tempat keempat dalam daftar perdagangan global. Yuan mengekor di belakang dolar AS, euro, dan poundsterling.

Urutan keempat ini didapatkan China setelah menggeser Yen Jepang pada Desember lalu. Terakhir kali mata uang itu masuk empat besar adalah pada September 2015.

Data ini diungkapkan oleh Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication atau SWIFT, yang merupakan penyedia layanan pesan keuangan global.

Kinerja kuat itu terkait dengan nilai ekspor China dan kemauan masyarakat global menggunakan mata uang tersebut. Sementara Wang Youxin selaku peneliti senior di Bank of China mengatakan bagian mata uang tersebut sebagian terkait karena meningkatnya negara itu dalam perdagangan nasional.

Pandemi memang mengganggu rantai pasokan global, termasuk layanan perdagangan dan logistik di pasar luar negeri. Namun pesanan telah mengalir kembali ke China karena rantai pasokan yang tangguh, dikutip China Daily, Jumat (18/2/2022).

Saat impor dan ekspor China tumbuh, Yuan digunakan lebih sering dalam perdagangan internasional.

Data dari General Administration of Custom menyebut total impor dan ekspor barang China tahun 2021 meningkat lebih dari 21% year-on-year ke angka 39 triliun Yuan.
Posisi renmibi sebagai mata uang cadangan juga terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, kata analis dari China Everbright, Zhou Maohua. Artinya ada peningkatan kepercayaan bank sentral dunia pada mata uang China.

Bahkan Morgan Stanley memperkirakan renmibi akan masuk tiga besar mata uang dunia tahun 2030. Dana Moneter Internasional telah menempatkan mata uang tersebut di rengking kelima.

Namun posisi global saat ini tidak sesuai dengan ukuran ekonomi China. Zhang Chun, profesor di Shanghai Advanced Institute of Finance mengatakan hal ini akan berdampak negatif pada operasi global dan alokasi sumber daya perusahaan dan institusi China.

Selain itu kemungkinan masyarakat China juga menghadapi kesulitan tertentu saat merencanakan investasi secara global.