7 Kebiasaan Modern Perusak Otak yang Sering Kita Lakukan

Foto: Ilustrasi Tidur di Kantor (Pixabay)

Jakarta, Otak adalah organ terpenting dalam tubuh karena merupakan pusat sistem syaraf dan pengendali tubuh. Namun, sayangnya kita sering lupa bahwa otak juga membutuhkan latihan dan nutrisi agar dapat berfungsi dengan baik. Karena itu, membentuk kebiasaan baik dan menghindari kebiasaan buruk dapat mencegah kerusakan otak dan menjaganya tetap sehat.

Berikut adalah kebiasaan sederhana yang harus Anda hindari karena dapat merusak otak:
1. Kurang tidur
Beberapa orang mempunyai kebiasaan begadang. Padahal ada banyak masalah ditimbulkan karena hal ini, misalnya depresi, rasa kantuk ekstrem di siang hari, sampai gangguan pada memori.

Studi menyebut bahwa kurang tidur dapat mempengaruhi bagian kecil dalam otak yang dinamakan dhippocampus. Bagian ini berfungsi untuk mengingat informasi baru dan mengaitkan emosi ke dalam memori tersebut. Kurangnya jam tidur hanya satu malam pun, bisa mempengaruhi kapasitas otak untuk mengingat informasi yang baru.

2. Terlalu banyak tidur
Sama seperti kurang tidur, terlalu banyak tidur juga tidak baik untuk otak. Penyebabnya, tidur berlebihan akan membuat otak tidak cukup aktif serta melemahkan daya pikir. Metabolisme tubuh juga dapat menurun dan tubuh menjadi kaku.

3 Merokok atau Menghirup Udara Berkualitas Buruk
Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyusutkan otak. Dampak jangka panjang dari penyusutan otak ini adalah penyakit alezheimer. Rokok dan udara yang tercemar ini juga mengandung banyak zat yang berbahaya untuk dihirup, contohnya karsinogen yang dapat merusak sel otak.
Sebanyak 80 persen dari otak adalah air. Oleh karena itu, otak butuh banyak asupan air agar kita dapat berpikir cepat dan fokus. Sangat penting untuk menjaga tubuh tetap dalam keadaan terhidrasi sepanjang waktu.

5. Kesepian atau selalu sendirian
Orang-orang yang ada di sekitar kita dapat membuat lebih bahagia dan produktif. Sifat manusia sebagai makhluk sosial menyebabkan interaksi sosial mampu merangsang pikiran dan membuat seseorang bisa tetap waspada dan bahagia.
Sebaliknya, terlalu sering mengisolasi diri akan berakibat depresi dan kecemasan. Rasa kesepian juga meningkatkan risiko penurunan kognitif dan terjadinya demensia.

6. Malas gerak
Melansir dari WebMD, semakin lama kita tidak berolahraga, maka kemungkinan mengalami demensia akan lebih besar. Di samping itu, juga ada beberapa risiko lain yang mengintai seperti penyakit jantung, diabetes, dan tekanan darah tinggi, yang mana semua ini juga berkaitan dengan Alzheimer.

Tingginya konsumsi gula dapat berakibat pada naiknya kadar glukosa dalam aliran darah. Kondisi ini juga akan mengurangi senyawa dalam otak yang dinamakan dengan brain-derived neurotrohic factor (BDNF) yang fungsinya membentuk ingatan baru saat kita belajar hal baru. Jadi, ketika pola makan kita tinggi gula, kemampuan otak untuk belajar dan membentuk memori juga turut terhambat.