Duh! Ancaman Ngeri di Balik Booming Kripto Kian Mencemaskan
Jakarta, Sebuah makalah baru menemukan penambangan Bitcoin lebih kotor untuk lingkungan. Temuan itu membantah para pendukung yang mengklaim penambangan yang pindah ke Amerika Serikat (AS) bisa membantu emisi karbon jaringan.
Hal ini terjadi sebagiannya karena jaringan berbahan bakar fosil di AS, intensitas karbon Bitcoin 17% lebih tinggi pada Agustus lalu dibandingkan rata-rata tahun 2020.
Sebagai informasi, setelah tindakan keras China membuat banyak pengembang pindah ke beberapa negara. Banyak diantaranya memutuskan beroperasi di AS.
"Ini kebalikan dari apa yang dikatakan pendukung (Bitcoin)," kata penulis utama makalah tersebut, Alex de Vries yang juga menjalankan Indeks Konsumsi Energi Bitcoin, dikutip dari Gizmodo, Jumat (4/3/2022).
Tim peneliti menggunakan peta lokasi global penambang Bitcoin yang diperbarui secara berkala berbasis IP Address dari Cambridge Center for Altenative Finance. Ini memperkirakan bahwa peta mencakup hampir setengah dari jaringan Bitcoin.
Berikutnya mereka membandingkan lokasi penambang di jaringan Bitcoin sebelum tindakan China berlaku dengan lokasi pada beberapa bulan kemudian pada Agustus 2021. Para peneliti akhirnya menyimpulkan jenis bahan bakar yang digunakan penambang Bitcoin dan memperkirakan jejak karbon kasar untuk seluruh jaringan.
Dia menambahkan di AS sebagian besar penambangan ditenagai oleh gas alam, yang menggantikan pembangkit listrik tenaga air. Membuat aktivitas itu jauh dari ramah lingkungan.
"Itu kebalikan dari membuat Bitcoin lebih ramah lingkungan, Anda membuat Bitcoin lebih intensif karbon dengan menambahkan lebih banyak bahan bakar fosil ke jaringan," ungkap de Vries.
Penggunaan bahan bakar fosil akan menghasilkan karbon yang berdampak pemanasan global dan perubahan iklim (climate change). Beberapa tahun ini dampak perubahan iklim sudah banyak dirasakan penduduk Bumi mulai dari kekeringan hingga bahaya kelaparan yang meningkat.
Posting Komentar