Harta Karun Hijau RI Jadi Incaran, Ternyata Ini Manfaatnya


Jakarta, Vanili, atau Vanilla planifolia, tanaman berdaging tebal, masuk dalam suku Anggrek-anggrekan (Orchidaceae). Tanaman ini kerap dijuluki sebagai harta karun hijau Indonesia dan memiliki beragam manfaat, termasuk bagi kesehatan.

Vanili menghasilkan buah polong yang diolah jadi bubuk vanila. Vanili adalah tanaman perkebunan tahunan. Hasil olahannya dapat menghasilkan produk bernilai tambah, dalam bentuk ekstrak, sari, oleoresin, maupun bubuk. Yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kuliner.

Mengutip unggahan akun Instagram Desa Ekspor Indonesia, setiap 100 gram vanili kering mengandung 20 gram air, 11 gram lemak, 2 gram resin, 3 - 5 gram protein, 7 - 9 gram gula, 15 - 10 gram abu, dan 1,5 - 3 gram vanilin, asam vanilat yang tidak berflavour.

Akun Instagram Desa Ekspor Indonesia dan Ina Vanilla merangkum jurnal kesehatan pakar nutrisi dan diet Malena Perdomo. Setidaknya disebutkan, hasil studi menunjukkan ada 7 manfaat vanili/ vanila.


Wangi vanila dapat mempengaruhi suasana hati secara positif, membangkitkan kebahagiaan, diikuti relaksasi. Vanila disebut mengandung anti-oksidan tinggi dan bersifat anti-inflamasi.

Selain itu, vanila juga disebut bersifat antimikroba, membantu menghentikan pertumbuhan bakteri berbahaya. 

"Dalam suatu studi ilmiah, vanila membantu melindungi terhadap pertumbuhan E. Coli. Namun, bukan berarti anda harus menambahkan vanila ke dalam apa pun," demikian bunyi unggahan tersebut, dikutip Selasa, (15/3/2022).

Vanila juga diklaim baik untuk usus karena vanilin dapat meningkatkan mikrobiota usus. Vanila juga disebut mengatasi obesitas karena vanilin merupakan senyawa fenolik sederhana. Dimana studi menunjukkan, sensitivitas insulin dan toleransi glukosa ditingkatkan.

Selain itu, vanila yang bersifat neuroprotektif disebut mendukung kesehatan otak. Dan, tak ketinggalan, vanila bermanfaat menghambat kanker.
Direktur Kerja Sama Koperasi Desa Ekspor Mahdalena Lubis mengatakan, saat ini perusahaan makanan menggunakan bahan makanan rempah dan juga vanila. Dan, menghubungkannya dengan kesehatan dan kecantikan. 

"Perusahaan mengkampanyekan healty is life style. Dan, ini memberi nilai tambah juga mendorong daya jual. Prinsipnya, menyajikan makanan nggak hanya enak tapi juga sehat," kata Mahdalena kepada CNBC Indonesia, Senin (14/3/2022).

Sementara itu, Mahdalena mengungkapkan, hasil pendataan Koperasi Desa Ekspor, petani menanam vanili di Indonesia sejak tahun 1987. Pada periode tahun 2019-2020, terjadi lonjakan minat bertanam vanili. Menjadi 270 petani dengan luasan lahan 179,2 ha. Dengan estimasi produksi tahun 2022 mencapai 1.000-3.000 ton per periode panen, dengan proyeksi ada 3 kali musim panen.

Ketua Umum Dewan Vanili Indonesia John Tumiwa mengatakan, petani menikmati harga vanili terbaik pada tahun 2018, mencapai US$650 per kg.

"Gonjang-ganjing harga Vanili dimulai dari tahun 2000-1n. Tahun 1992-an, harga US$15 per kg, lalu anjlok ke US$5 per kg. Tahun 2014 melonjak jadi US$400, lalu turun lagi anjlok bahkan sempat US$10 per kg. Ke tahun 2016, harga bergerak naik, terus bergerak ke US$400 per kg, dan tahun 2018 melonjak jadi US$650 per kg. Dan sekarang terkoreksi. Disebut emas hijau karena harganya balap-balapan dengan emas dan perak," kata John kepada CNBC Indonesia, belum lama ini.

Dan karena harganya yang fantastis, tanaman vanili sering jadi incaran maling. Tidak hanya mengambil polong yang masih basah, kadang maling juga mengangkut sepohon sekaligus.
Amelius Manoppo, petani vanili dan pemilik UD Lo'or di Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara mengakui, pencurian jadi salah satu kendala utama. Apalagi jika sudah menjelang masa panen.

"Petani biasanya bekerja sama, ada yang bikin ranjau, ada yang bawa anjing. Bekerja sama menjaga," kata Amelius.