Karena Bekerja Bisa dari Mana Saja


Ketika pandemi COVID-19 melanda, para pemilik perusahaan mau tak mau harus merelakan karyawannya bekerja dari rumah. Namun, di saat vaksin sudah ditemukan, dan COVID-19 mulai melandai, mereka mulai kembali memanggil karyawannya untuk bekerja di kantor.

Tak semua pekerja setuju dengan keputusan itu. Di antara mereka ada yang menolak dan malah nekat untuk resign dan mencari pekerjaan baru.

Kiptya Nur Astari mengungkapkan fenomena yang terjadi di kala ia sedang merekrut karyawan baru untuk perusahaan tempatnya bekerja, Niagahoster, sebuah perusahaan web hosting yang berbasis di Yogyakarta.

Sebagai Talent Acquisition Specialist, perempuan yang akrab disapa Kiki ini memiliki kewajiban untuk merekrut karyawan baru. Kantornya kini sepenuhnya menerapkan sistem remote working. Ia merekrut karyawan-karyawan yang sebelumnya resign karena dipaksa kembali kerja di kantor lama mereka.

“Baru kemarin kita merekrut karyawan yang sebelumnya resign dari pekerjaannya karena diminta kerja dari kantor. Dia apply ke Niagahoster karena mencari pekerjaan yang remote working,” ungkap perempuan yang akrab disapa Kiki ini.

Pandemi telah mengubah sistem kerja di Niagahoster. Dari sebelum pandemi masih menerapkan sistem kerja dari kantor menjadi Work From Home (WFH) hingga remote working yang artinya bekerja bisa dilakukan dari mana saja. Sistem remote working rupanya menjadi daya tarik tersendiri bagi para kandidat pencari kerja.

“Kurang lebih sekitar 90 persen kandidat yang aku temuin kalau ditanya kenapa tertarik apply di sini, yang pertama di-mention pasti karena remote working. Sistem kerja semacam ini lebih attractive di mata kandidat,” terang Kiki. “Mereka juga bakalan pastiin apa WFH atau remote working-nya selama pandemi aja atau nanti bakal balik lagi (Work From Office).”


Karena performa karyawannya yang tidak menurun meski menerapkan remote working, kemudian latar belakang karyawan menjadi lebih beragam, Kiki mengatakan perusahaannya kini memberikan kesempatan kepada kandidat dari seluruh Indonesia untuk melamar. Sebelumnya, perusahannya selalu memprioritaskan karyawan dari Pulau Jawa. 

“Kalau dulu masih pulau Jawa aja karena takutnya nanti mereka harus datang ke Yogyakarta. Sekarang kita mulai hire dari luar Pulau Jawa. Ada yang dari Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, Bali, sampai Papua juga ada. Mereka nggak perlu khawatir akan diminta ke kantor," katanya.

Muhammad Reza Dharmawan salah satu karyawan yang cukup beruntung karena dapat merasakan asiknya bekerja secara remote. Semenjak lulus dari Universitas Airlangga di tahun 2020, Reza langsung direkrut menjadi Customer Service Specialist di Niagahoster. Ia tidak pernah merasakan bekerja di dalam kubikel kantor atau menikmati senja dengan bermacet-macetan di jam pulang kerja. Ia tidak rela jika suatu saat ia harus bekerja dari kantor.

“Kalau semisal kantorku menerapkan 100 persen Work From Office aku mikir-mikir dulu. Dipertimbangin lagi karena aku sudah terlalu nyaman dengan ritme ini. Karena nyatanya fine aja aku kerja seperti ini. Nggak ada pekerjaan yang terhambat,” tuturnya.

Karena bekerja secara remote, bulan Februari kemarin, Reza yang berdomisili di Surabaya ini bisa bekerja sembari menjalankan agenda meet up bersama teman-temannya di Yogyakarta. Hal semacam ini biasa dilakukan oleh rekan kerjanya juga. Atasan Reza pun tidak akan heran jika menemukan Insta Stories-nya sedang bepergian di jam kerja.

“Aku kerja ada shift-nya. Dan nggak harus selalu masuk di pukul 08.00 WIB. Kadang bisa pukul 11.00 WIB atau pukul 15.00 WIB baru mulai kerja. Aku berangkat di saat lagi libur atau masuk shift malam,” tuturnya.

Kebetulan waktu itu Reza mendapatkan shift malam. Paginya Reza baru berangkat menuju Yogyakarta menggunakan kereta dengan waktu tempuh perjalanan selama empat jam.


Meski tengah menjalankan remote working, Reza tidak pernah lupa akan tanggung jawab utamanya. “Aku tetap jalan-jalan di saat kewajiban sudah selesai. Berkat company value-nya mendarah daging, meski kita jauh, tetap ngerasa tanggung jawab prioritas pertama, ya, kerja dulu. Setelah itu selesai terserah mau ngapain,” ucap Reza.

Setelah Lebaran nanti, ia juga telah berencana akan melakukan remote working dari Bandung. “Menurutku yang penting itu kemampuan untuk atur waktu. Kita harus tahu cara membatasi antara jam kerja dan jam istirahat.”

Awal masuk bekerja di Niagahoster pada akhir 2020, Reza sempat merasa cemas. Apalagi sebelumnya ia tidak pernah bertemu langsung dengan atasan dan rekan kerjanya. Reza khawatir karena terpisah puluhan kilometer, hubungan mereka akan tidak kompak dan semakin berjarak.

“Ternyata dalam pratiknya aku makin enjoy. Dengan memanfaatkan adanya tools Google Meet dan Discord, itu somehow aku nggak ngerasa sendiri dan bisa engage satu sama lain. Dan itu sebuah hal unik yang aku rasain. Karena aku nggak pernah ngerasa bisa kerja seperti ini. Pikiran aku idealnya kalo kerja harus ke kantor dan kerja secara fisik,” ucap laki-laki berusia 23 tahun ini.

Akhirnya Reza bisa bertemu dengan rekan kerjanya setelah kantornya mengadakan offline engagement meeting. Saat itu masing-masing team leader mendatangi domisili mayoritas tempat timnya tinggal.

“Oh, ini orangnya. Soalnya selama ini cuma lihat kepala sama pundak aja nggak pernah satu badan utuh,” canda Reza saat pertama kali bertemu rekan kerjanya. “Komunikasi selama ini sudah intens jadi pas ketemu kayak nggak ada rasa awkward. Kayak temen lama dan nyambung aja ngobrolnya.”

Sementara Nadya Hanifa nekat resign dari pekerjaannya sebagai Social Media Specialist karena terus-terusan diminta atasannya kembali bekerja di kantor. Surat mengundurkan diri sudah diterima HRD dan bulan April ini menjadi bulan terakhir Nadya bekerja di perusahaan retail fashion.


“Nggak heran, sih, dengan kebijakan kantor aku. Soalnya pas kasus COVID lagi naik tahun lalu aja kita diminta tetap datang ke kantor pas ada event dari e-commerce,” kata Nadya yang juga sudah tidak betah bekerja di sana.

Sejak awal tahun ini, kantornya malah sudah menerapkan 100 persen Work From Office. Nadya kecewa dengan keputusan itu karena karena target perusahaannya tetap tercapai, meski seluruh karyawannya bekerja dari rumah. Ia mempertanyakan mengapa atasannya masih kekeuh menyuruh karyawannya bekerja di kantor.“Karena walaupun di rumah, load kerjanya sama aja banyaknya,” ungkapnya

Setelah resign, rencanannya Nadya tak langsung melamar pekerjaan lain. Ia sudah memesan tiket ke Bali. Ia berencana tinggal di sana selama sebulan sembari mencari pekerjaan yang menawarkan remote working. “Sekalian cari waktu untuk liburan, aku juga mau sambil sortir pekerjaan yang menawarkan remote working. Itu jadi prioritas aku sekarang,” kata perempuan berusia 26 tahun ini.