Dugaan Mafia Minyak Goreng dan Susutnya Harta Pendiri Wilmar

Keterlibatan Master Parulian Tumanggor, Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia dalam kasus dugaan korupsi mafia minyak goreng terindikasi bikin sederet lini bisnis Grup Wilmar kecipratan getah. Tidak terkecuali crazy rich Martua Sitorus, yang tampak mengalami penurunan nilai kekayaan bersih dalam sepekan terakhir. 

Berdasarkan data Forbes Realtime Billionaire, per penutupan perdagangan Kamis (22/4/2022) nilai kekayaan pendiri Grup Wilmar tersebut berkisar US$2,9 miliar atau setara Rp41,62 triliun (kurs Rp14.355 per US$). Nominal ini berkurang sekitar 4 persen dari estimasi US$3 miliar atau Rp43 triliun lebih pada pekan lalu. 

Hingga artikel ini rilis, Martua masih menempati peringkat 10 daftar orang terkaya di Indonesia. Namun, posisinya semakin ditempel ketat oleh bos Bank Jago Jerry Ng serta pendiri Alfamart Djoko Susanto. Jerry dan Djoko saat ini menempati peringkat 11 dan 12 dengan kisaran nilai kekayaan bersih US$2,7 miliar. 

Bukan mustahil tren penurunan yang dibukukan Martua terus berlanjut. Apalagi, data Forbes memperlihatkan bahwa Martua masih mengalami penyusutan kekayaan 1 persen lebih dalam 24 jam terakhir. Potensi ini juga seolah diamini oleh lesunya data harga saham-saham yang terkoneksi dengan lini bisnis Martua.

Sebagai konteks, Wilmar Nabati Indonesia merupakan sayap bisnis Wilmar International Limited. Namun, patut digarisbawahi jika perusahaan asal Singapura tersebut bukanlah satu-satunya entitas yang menjadi sumber pergerakan nilai aset Martua Sitorus. 

Lewat Grup Wilmar maupun kongsinya dengan sejumlah pihak, Martua juga banyak berinvestasi di sejumlah perusahaan dalam negeri. Di pasar modal misalnya, dua dari segelintir emiten yang mendapat kucuran dana adalah PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) dan PT Cemindo Gemilang Tbk. (CMNT).

Nama pertama, CEKA, merupakan perusahaan yang dikuasai PT Sentratama Niaga Indonesia (SNI). SNI merupakan salah satu entitas turunan Wilmar International. Saat ini, CEKA memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp1,1 triliun di Bursa Efek Indonesia (BEI). Harga saham perusahaan ini berkisar Rp1.820 pada penutupan perdagangan Kamis (21/4), yang mencerminkan tren pelemahan 2,15 persen dari posisi akhir pekan lalu. 

Di saat yang sama, penurunan harga saham yang dibukukan CMNT lebih mencolok lagi. Entitas produsen semen milik Gama Group, kongsi Martua Sitorus dengan saudaranya Ganda Sitorus itu kini memiliki kapitalisasi pasar Rp18,67 triliun. Harga saham perusahaan ini kini cuma Rp1.115 per saham, mencerminkan tren penurunan 4,29 persen dari posisi akhir pekan lalu.


Sebagai pengingat, keterlibatan petinggi Wilmar dalam dugaan korupsi mafia minyak goreng pertama diumumkan pada Selasa (19/4) petang. Bersamaan dengan pengumuman tersebut, baik CMNT maupun CEKA mengalami tren penurunan harga signifikan pada perdagangan saham Rabu (20/4). 

Selain indikasi penurunan kapitalisasi pasar perseroan, dampak kasus ini juga ikut membuat kolapsnya sejumlah perjanjian kerja sama antara Grup Wilmar dengan sejumlah pihak.

Terakhir, baru Kamis (21/4) petang klub sepak bola Persis Solo mengumumkan bahwa mereka telah mengakhiri bentuk kerja sama sponsorship dengan Wilmar. Perusahaan yang saham mayoritasnya dimiliki putra Presiden Jokowi Kaesang Pangarep dan Menteri BUMN Erick Thohir ini berkata bahwa mereka menyesalkan keterlibatan petinggi Wilmar. 

“Persis memahami isu yang sedang berkembang di masyarakat dalam beberapa hari terakhir tentang Wilmar, dan turut menyesalkan atas adanya kejadian tersebut,” jelas manajemen Persis dalam pernyataan resminya.


Di lain pihak, Wilmar sebelumnya telah menjanjikan komitmen untuk mengikuti proses hukum yang sedang berjalan. 

“Kami mendukung sepenuhnya penegakan hukum yang dilakukan oleh Kejaksaan Agung terkait izin persetujuan ekspor produk sawit,” terang grup dalam keterangan tertulis. 

Di luar petinggi Grup Wilmar, sejauh ini Kejaksaan Agung telah menetapkan dua tersangka lain dalam kasus yang sama. Mereka adalah Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag Indrasari Wisnu Wardhana, General Manager PT Musim Mas Pierre Togar Sitanggang, dan Senior Manager Permata Hijau Grup Stanley MA. 

Nama terakhir, Stanley, konon juga sempat bekerja sebagai karyawan Wilmar sebelum bergabung dengan Permata Hijau. 

Menurut Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung Febrie Adriansyah, tidak menutup kemungkinan akan ada nama tersangka baru. 

“Yang terkait nanti akan diperiksa semua,” tandasnya.

bisnis