Jokowi Mencari Presiden

 


Empat menteri Presiden Jokowi, yaitu Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, Airlangga Hartarto, dan Erick Thohir, akan maju dalam Pilpres 2024. Jokowi memantau elektabilitas mereka melalui hasil survei Cyrus Network. Jokowi dinilai galau mencari penerus agenda pemerintahannya.

Kepada detikX, politikus senior PDI Perjuangan Panda Nababan menuturkan belum lama ini bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Di tengah perbincangan dengan Jokowi, Panda teringat musabab keretakan hubungan Megawati Soekarnoputri dengan Susilo Bambang Yudhoyono. Saat itu, Megawati merasa dibohongi oleh SBY, yang mengatakan tak maju dalam pemilihan presiden.

“Mas, ini kan pada maju itu menteri-menterinya, itu gimana? Dulu zaman Megawati kan begitu,” tanya Panda kepada Jokowi.

“Oh iya, aku sudah tanya,” jawab Jokowi, seperti ditirukan Panda kepada reporter detikX, pekan lalu.

Jokowi menuturkan telah bertanya kepada empat menterinya, yakni Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, Airlangga Hartarto, dan Erick Thohir, serta Ketua DPR RI Puan Maharani. Pertanyaan itu seputar apakah mereka benar mau maju dalam persaingan Pilpres 2024.

“Dia (Jokowi) tanya Prabowo, dia bilang, 'Kalau ada izin, Bapak', kata Prabowo," ujar Panda.

Panda memancing topik perbincangan itu karena, baginya, kekecewaan atas perseteruan politik Megawati dengan SBY pada masa lalu itu masih membekas. Bermula pada 2003 saat Megawati akan maju kembali dalam Pilpres 2004, presiden perempuan pertama Indonesia itu sempat mengajak SBY untuk menjadi pasangannya sebagai cawapres.

SBY, yang saat itu menjadi Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, menolak. Dia ingin fokus menjadi menteri saja. Tak lama, Kepala Badan Intelijen Negara Jenderal Purnawirawan Abdullah Mahmud Hendropriyono memberi laporan kepada Megawati ihwal SBY yang aktif dalam partai baru. Partai tersebut ialah Partai Demokrat, yang saat itu masih diduga akan menjadi kendaraan politik dalam Pilpres 2004.

Mega akhirnya memanggil SBY ke Istana Negara dan menanyakan kebenaran soal laporan BIN tersebut. SBY membantah. Namun akhirnya SBY memang maju sebagai capres yang diusung Partai Demokrat.

Jokowi Memantau Hasil Survei

Jokowi rupanya tak hanya menanyakan siapa saja menterinya yang akan maju dalam Pilpres 2024. Dia beberapa kali mengundang Direktur Eksekutif Cyrus Network Hasan Nasbi ke Istana. Topik pembahasannya memaparkan hasil survei soal elektabilitas kandidat capres 2024. September 2021, kata Hasan kepada reporter detikX, terakhir kali ia diminta Jokowi untuk bertandang ke Istana.

“Hasil survei bagaimana? Tahun ini gimana? Ini sama ini cocok nggak kira-kira? Misal, calon ini kelemahannya di mana? Ini kuatnya di mana? Ini apa isu terakhirnya? Kalau ada yang turun, kira-kira turunnya kenapa? Kalau ada yang naik, itu kenapa?” kata Hasan menjelaskan apa saja yang ia sampaikan kepada Jokowi.

Keempat menteri dari lingkaran Istana itu diketahui memang telah mulai memanaskan mesin politik mereka. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, misalnya, semenjak Maret 2022, relawannya atau biasa disebut Teman Sandi telah melakukan deklarasi terbuka di berbagai daerah untuk menyatakan dukungan terhadap Sandiaga di ajang Pilpres 2024.

Acara itu diselenggarakan sambil membagi-bagikan sembako untuk masyarakat sekitar. Namun, persoalannya, semenjak dinyatakan kalah pada Pemilu 2019, suara Partai Gerindra bulat menyatakan dukungannya untuk kembali mengusung Prabowo pada Pilpres 2024.

Meski pergerakan Prabowo belum segetol Sandiaga, nyatanya ia telah meminta restu Jokowi untuk menjadi suksesornya. Ketua Bidang Advokasi DPP Partai Gerindra Habiburokhman mengatakan partainya bahkan telah mulai berkonsolidasi untuk mempersiapkan Prabowo sebagai capres, meskipun belum ada keputusan resmi siapa yang akan mendampingi Prabowo sebagai cawapres.

“Anda tanya saja, dari struktur kepengurusan, dari paling bawah: anak ranting, ranting, DPC, DPP itu semua suara bulat ke Pak Prabowo,” kata Habiburokhman kepada reporter detikX pekan lalu.

Senada dengan Habiburokhman, juru bicara Sandiaga, Kawendra Lukistian, yang juga menjabat Wakil Sekjen Partai Gerindra, juga menyatakan dukungannya terhadap Prabowo. Dia mengaku saat ini Sandiaga disibukkan oleh pekerjaan sebagai menteri dan tak ambil pusing soal Pilpres 2024. Hal serupa juga diungkapkan Staf Khusus Kemenparekraf, Yuga Aden.

“Saat ini saya fokus pada pengembangan lapangan kerja, kebangkitan ekonomi, program-program untuk kemajuan masyarakat,” kata Yuga menirukan ucapan Sandiaga.

Tumbuhnya Relawan Airlangga dan Erick Thohir

Partai Golkar sudah mantap mengusung ketua umumnya, Airlangga Hartarto, untuk maju di panggung Pilpres 2024. Kesiapan Airlangga untuk maju telah tecermin dari relawannya, Gerakan Berkreasi Bersama Airlangga Hartarto (BerkAH), yang dibentuk sejak Oktober 2021.

Ditambah sepanjang pertengahan tahun lalu, baliho yang memajang wajah Airlangga telah menghiasi jalanan protokol di beberapa kota. Juru bicara gerakan BerkAH, Ikhwanul Ma’arif Harahap, cukup percaya diri. Menurutnya, Airlangga layak menjadi presiden pada Pilpres 2024.

“Beliau di kabinet hari ini cukup positif di situasi-situasi sulit seperti ini, dalam artian bisa mengendalikan situasi ekonomi nasional,” kata Ikhwanul kepada reporter detikX pekan lalu.

Begitu juga menteri pemerintahan Jokowi yang lain, Erick Thohir. Menteri BUMN tersebut paling getol meraup suara pendukung. Sepanjang bulan Ramadan, relawannya, Erick Thohir Sinergis (ETOS), melakukan roadshow di berbagai daerah untuk menyatakan dukungannya.

Di sisi lain, agenda Kementerian BUMN bersinggungan dengan banyak orang. Salah satunya memberangkatkan 40 ribu pemudik sepanjang 27 April hingga 1 Mei melalui program mudik gratis BUMN ke hampir 40 kota di Pulau Jawa dan Sumatera. Ini dimungkinkan berpotensi mendongkrak elektabilitas Erick.

Jokowi Dianggap Sedang Galau

Menurut Direktur Eksekutif Akar Rumput Strategic Consulting, Dimas Okky Nugraha, Jokowi sedang galau menghadapi Pilpres 2024. Menurutnya, Jokowi mencari figur politik yang bisa meneruskan program kerjanya. Hal itu dilakukan bukan hanya bertanya kepada calon kandidat saja, tapi juga dengan mencermati hasil survei.

“Yang dibilang Panda itu adalah political framing analysis karena kepentingannya mencari legacy kesinambungan program Jokowi saat ini, sehingga memang harus dicari orang-orang yang dianggap mendapatkan dukungan dan kepercayaan dari masyarakat,” ujar mantan staf khusus kepresidenan tersebut kepada reporter detikX pekan lalu.

Pilpres 2024, kata Dimas, merupakan pertarungan antara orang yang punya elektabilitas dan yang punya otoritas. Ada beberapa kandidat yang tak memiliki wewenang dalam partai politik untuk memutuskan akan mengusung siapa.

“Orang yang punya elektabilitas, seperti Sandiaga Uno, Ganjar, Anies Baswedan, itu ternyata tidak punya otoritas secara institusi politik seperti halnya Prabowo, Puan Maharani, dan Airlangga Hartarto, yang punya akses politik terhadap pemanggilan keputusan partai,” tuturnya.

Menurut Dimas, langkah strategis yang harus ditempuh para menteri yang ingin maju ini adalah fokus menjalankan pekerjaan rumah masing-masing dengan baik hingga akhir masa jabatan.

“Jadi nanti program-program untuk kepentingan negara harus dilanjutkan kembali. Dan akan mendapat dukungan pemerintah berikutnya untuk melanjutkan. Karena, bagaimanapun, kepentingan nasional memang harus dilanjutkan kesinambungannya,” pungkasnya.


DTK