Tips Atur Keuangan Saat Kripto dan Saham 'Cuci Gudang'

 

Jakarta, Harga kripto dan saham murah meriah seperti diobral dalam beberapa waktu terakhir.

Lihat saja bitcoin, salah satu kripto paling populer, harganya sampai 'cuci gudang' dari kisaran US$40 ribu menjadi US$29 ribu per keping pada pekan ini.

Begitu juga dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang anjlok dari kisaran 7.200 pada April lalu menjadi 6.600 pada Kamis (12/5).

Kinerja buruk kripto dan saham tentu membuat sebagian investor buntung. Maklum, keduanya menjadi investasi yang kian populer saat ini.

Lantas, apa yang harus dilakukan investor? Jual atau tunggu sampai harganya kembali merangkak? Berikut tips dari para perencana keuangan:

1. Jangan Panik, Tetap Tenang

CFP Learning & Development Manager Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho mengatakan investor sebaiknya tak perlu panik dengan kondisi ini. Pasalnya, masyarakat biasanya tak bisa mengambil keputusan yang bijak ketika sedang dilanda panik.

Sementara, berinvestasi perlu perhitungan yang matang. Maka dari itu, keputusannya harus diambil dengan tenang.

"Tetaplah tenang maka kita bisa berpikir dan mengambil keputusan yang baik dan tepat," ujar Andy kepada CNNIndonesia.com, Kamis (12/5).

2. Evaluasi Kinerja

Jika sudah tenang, langkah berikutnya adalah mengevaluasi kinerja instrumen investasi yang dimiliki. Evaluasi ini perlu dilakukan dengan melihat tujuan investasi masing-masing investor.

"Bila sebagai trader, ketika penurunan harga kripto dan saham yang kita pegang sudah mencapai batas toleransi kerugian kita, maka sebaiknya segera cut loss agar kerugian tidak semakin besar," ucap Andy.

Cut loss artinya menjual sebagian saham atau kripto di bawah harga pembelian demi membatasi kerugian.

Sementara, investor dengan tujuan investasi jangka panjang bisa mengambil langkah berbeda, yakni menahan hingga beberapa waktu ke depan dan memanfaatkan momentum ini untuk menambah portofolio dengan harga murah.

"Sebagai investor jangka panjang, momen penurunan harga seperti ini merupakan saat yang tepat untuk stay dan justru membeli lagi sesuai konsep cost averaging. Sehingga, ketika nanti harganya naik, maka kita memiliki saham yang semakin banyak," Andy.

3. Cek Kebutuhan Dana

Selain mengevaluasi kinerja instrumen investasi yang dimiliki, Pendiri sekaligus Direktur OneShildt Financial Planning Budi Raharjo mengatakan investor perlu melihat lagi bagaimana kebutuhan dana dalam jangka pendek dan panjang.

"Perlu evaluasi rencana kebutuhan penggunaan dana. Jika kebutuhan dana akan jatuh tempo dalam jangka pendek, ada baiknya mengamankan dana yang diperlukan," tutur Budi.

Misalnya, masyarakat perlu dana untuk membayar uang pangkal pendidikan anak yang jatuh pada bulan depan, maka sebaiknya cairkan investasi yang dimiliki.

Namun ingat, besaran pencairannya bisa disesuaikan dengan kebutuhan dana tersebut, sehingga tidak perlu seluruhnya.

Sementara bila rencana penggunaan dana masih panjang, misal 5-10 tahun, maka kepemilikan investasi yang anjlok saat ini bisa ditahan dulu. Apalagi jika strategi investasi masih sesuai dan instrumen investasi tersebut punya prospek fundamental yang baik ke depan.

"Justru saat ini menjadi momentum untuk membeli instrumen yang punya value tinggi di harga yang murah," kata Budi.

4. Alihkan Investasi

Andy mengatakan kinerja kripto dan saham yang buruk pada beberapa waktu terakhir bisa menjadi 'gong' bagi investor untuk mengalihkan investasi ke instrumen lain. Tujuannya bukan cuma menyelamatkan dana yang tersisa, tapi juga diversifikasi investasi ke depan.

Dengan begitu, ketika harga kripto dan saham 'kebakaran' lagi, investor tidak pusing untuk memenuhi kebutuhan dana dan mengamankan aset.

"Sebagai cooling down, kita bisa 'parkir' dulu ke instrumen yang lebih rendah risikonya, misalnya reksadana pasar uang," imbuh Andy.

Sementara, Budi mengatakan pengalihan investasi ini bisa digunakan dengan dana dari hasil pencairan instrumen yang anjlok. Misalnya, investor menjual kripto dan saham yang dimiliki, lalu dananya digunakan untuk beli emas dan reksadana.

"Hal ini untuk menyeimbangkan kembali alokasi aset sesuai dengan profil seseorang dalam berinvestasi agar jangan menanggung risiko yang investor tidak mampu," terang Budi.

5. Jadi Pelajaran, Jangan Kapok

Andy menuturkan kondisi harga kripto dan saham jeblok sebaiknya menjadi pelajaran bagi investor. Namun, ia mengingatkan agar jangan kapok untuk berinvestasi ke depan.

Sebab, kondisi investasi saat ini belum tentu sama ke depan karena pergerakan investasi memang dinamis dari waktu ke waktu.

"Justru jadikan dorongan untuk mempelajari terus berbagai analisa teknikal dan fundamental yang bisa digunakan," ungkap Andy.

Sementara untuk rencana investasi ke depan, bisa dilakukan secara bertahap lagi.

"Bila masih trauma, maka sebaiknya ke depan kita masukkan sedikit-sedikit dulu saja dana menganggur ke investasi, semisal 30 persen dari uang menganggur yang dimiliki," tutup Andy.


CNNI