Seakan Iri Dengki Indonesia Mampu Buat Drone Elang Hitam, Malaysia : 90 Persen Tiruan dari China

Drone Elang Hitam Indonesia /bppt.go.id

Indonesia memang patut senang atas keberhasilannya mampu membuat drone Elang Hitam. Drone Elang Hitam merupakan hasil kerja sama Indonesia dan Turki.

Turki kala itu meminjam terowongan angin Indonesia untuk membuat drone ANKA, sedangkan negeri ini merancang Elang Hitam. Indonesia ditilik dari kebutuhannya memang memerlukan drone semacam Elang Hitam.

Elang Hitam merupakan solusi murah bagi Indonesia yang hendak melakukan pengawasan atau patroli di wilayah yang rawan akan tindak pelanggaran kedaulatan.Ternyata bukan cuma Elang Hitam saja drone yang diproduksi Indonesia.

Ada PUNA Wulung yang sudah mendapat sertifikasi dari Indonesia Military Airworthiness Authority (IMAA) pada 2016.

Kemudian ada PUNA Alap-Alap PA-06D-100 yang sudah mendapat sertifikasi kelaikudaraan militer dari Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan.

Indonesia sengaja membuat drone karena di masa depan, perang udara bisa ditentukan oleh pesawat tanpa awak ini. Sementara itu saat pengembangan drone Elang Hitam, Indonesia dan Turki sudah melakukannya sejak tahun 2008.

"Kerjasasama antara BBTA3 (Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika) BPPT dan Turkish Aerospace telah dimulai sejak 2008 ketika kampanye pertama pengujian terowongan angin dilakukan di ILST (Indonesian Low Speed Tunnel) untuk ANKA, sebuah pesawat udara nir awak kelas MALE (Medium Altitude Long Endurance) milik Turkish Aerospace.

Kampanye pengujian terowongan angin pertama dilakukan terhadap model ANKA dengan konfigurasi penuh (full configuration) dan model sayap 2D. Kampanye pengujian ini diarahkan untuk memperoleh karateristik aerodinamik dari varian pertama.

Kampanye pengujian ini dilakukan selama delapan bulan sejak Maret hingga November 2008," jelas bppt.go.id pada 2008 silam.

Ketika uji coba di terowongan angin ini, Indonesia bisa melihat serta mengumpulkan berbagai macam data kemampuan UAV ANKA Turki.

"Data yang terkumpul sangat banyak selama pengujian ini memegang peranan yang sangat penting baik bagi pengembangan perangkat lunak untuk sistem kendali autopilot, maupun untuk memverifikasi kinerja terbang sebelum terbang perdana," ungkapnya.

Dari sini Indonesia bisa 'mencuri' data ANKA dan mengaplikasikannya ke drone Elang Hitam. Kemudian pada April-Mei 2015, Turki meminjam lagi terowongan angin milik Indonesia.

Kali ini Turki mengujicoba ANKA versi SATCOM yang berarti drone mata-mata. Indonesia juga hadir dalam uji coba tersebut dan sekali lagi mendapatkan data-data penting mengenai kemampuan ANKA.

"Kampanye pengujian kedua dilakukan di ILST pada April-Mei 2015 untuk varian lain ANKA termasuk varian SATCOM.

Pengujian terhadap model terskala pada kampanye ini dilakukan untuk memperoleh efek-efek deformasi sayap, instalasi alat komunikasi seperti: radomes SAR dan SATCOM, Kamera EO/IR, winglets dan air inlets terhadap karakteristik aerodinamika ANKA.

Data ini ini sangat penting dalam pengembangan deicing system atau antsipasi kontaminasi pada permukaan sayap selama siklus operasi," ungkapnya.

Baru pada uji coba kedua ini Turki langsung memproduksi ANKA untuk kebutuhan militernya. Turki kemudian mengirim ANKA dalam operasi militer Perisai Musim Semi di Suriah tahun 2020.

ANKA yang lahir karena peran Indonesia ini dikirim bersama Bayraktar TB2 untuk melawan pasukan Assad. Performa ANKA sangat memuaskan saat berada di Suriah.

Pujian lantas diungkapkan oleh Vice President Turkish Aerospace untuk Corporate Marketing and Communication, Tamer Ozmen kepada Indonesia. Berkat ILST Indonesia, Turki bisa mempunyai drone sekeren ANKA.

"Keempat kampanye pengujian terowongan angin ANKA di ILST telah memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan ANKA UAV System dengan performa terbang yang superior dan peningkatan fitur-fitur keselamatan," ungkap Tamer Ozmen.

Sedangkan Indonesia bisa membuat drone Elang Hitam yang kemampuannya tak jauh beda dengan ANKA.

Kemampuan Elang Hitam sedikit banyak sudah diketahui. Drone ini mampu beroperasi hingga 30 jam non stop dengan jarak jelajah mencapai 23.000 km.

Ia juga mampu dibekali senjata untuk misi close air support secara terbatas.

Kepala BPPT Hammam Riza menjelaskan jika Indonesia sedang on the track memenuhi kebutuhan drone mata-mata sekaligus serang bertipe Medium Altitude Long Endurance (MALE) untuk kebutuhan militer.

"Drone MALE ini akan memiliki jangkauan jelajah operasi 23.000 kilometer non-stop dengan ketahanan terbang tinggi selama 30 jam, siang dan malam.

Dengan kemampuan tersebut, Drone MALE akan digunakan untuk membantu Kementerian Pertahanan, dalam menjaga pertahanan dan keamanan negara," jelasnya dikutip dari Antara News pada 21 April 2021.

Jika dilihat sekilas, drone Elang Hitam nampak mirip dengan CH 4 Rainbow buatan China. Indonesia sendiri juga sudah memiliki drone CH 4 Rainbow buatan China.

CH 4 merupakan drone kombatan milik China yang sudah terjual ke berbagai negara. CH 4 sudah terbukti dalam peperangan saat digunakan militer Irak menggempur pasukan ISIS.Karena bentuknya yang mirip inilah Malaysia malah menganggap Elang Hitam buatan Indonesia tiruan dari CH 4 Rainbow.

Media Malaysia Defence Security Asia mengungkapkan jika Indonesia mengaku jika Elang Hitam merupakan drone buatannya (memang faktanya demikian).Malaysia seakan iri dengki tak terima jika Indonesia mampu membuat drone Elang Hitam.


PIKRAT