Dolar AS Naik ke Level Tertinggi Baru Selama Dua Dekade, Euro Jatuh ke Posisi Terendah dalam 20 Tahun


Euro jatuh ke level 1,0051 terhadap dolar AS, terlemah sejak Desember 2002.

Euro merosot ke level terendah selama 20 tahun terhadap dolar di akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), di tengah kekhawatiran bahwa krisis energi akan mendorong kawasan itu ke dalam resesi. Sementara mata uang dolar Amerika Serikat (AS) didorong oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku lebih cepat dan lebih jauh dari rekan-rekannya.

Dikutip kantor berita Antara dari Reuters, pipa tunggal terbesar yang membawa gas Rusia ke Jerman, pipa Nord Stream 1, memulai masa pemeliharaan tahunan pada Senin (11/7/2022), dengan aliran diperkirakan akan berhenti selama 10 hari.

Pemerintah, pasar, dan perusahaan-perusahaan khawatir penutupan itu mungkin diperpanjang karena invasi Rusia ke Ukraina.

"Kekhawatiran paling dekat untuk pasar adalah Nord Stream 1 akan kembali beroperasi atau tidak," jelas Bipan Rai, kepala strategi valas Amerika Utara di CIBC Capital Markets di Toronto, Kanada.

Baca Juga: Dolar Meroket ke Level Tertinggi Baru Kurun Dua Dekade, Harga Emas Jatuh

Ia menambahkan bahwa "pasar kemungkinan akan memperkirakan sebuah resesi" untuk wilayah tersebut jika North Stream 1 tidak beroperasi.

Euro jatuh ke level 1,0051 terhadap dolar AS, terlemah sejak Desember 2002. Sementara itu, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya mencapai level tertinggi baru sejak Oktober 2002 di 108,19.

Mata uang AS telah menguat di tengah ekspektasi bahwa The Fed akan terus menaikkan suku bunga secara agresif karena mengatasi inflasi yang melonjak.

"The Fed akan menaikkan suku bunga lebih agresif daripada kebanyakan bank sentral pasar negara maju lainnya dan kami tidak berpikir bank sentral dan pasar maju lainnya benar-benar memiliki bandwidth untuk mengikutinya," kata Rai.

The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan 26-27 Juli. Pedagang berjangka dana Fed memperkirakan suku bunga acuannya akan naik menjadi 3,50 persen pada Maret, dari 1,58 persen sekarang.

Baca Juga: Rupiah Tembus Rp15.015 Per Dolar AS Hari Ini, Ekonom: BI Harus Naikkan Suku Bunga

Para konsumen di Amerika melihat inflasi meningkat lebih lanjut di tahun depan tetapi memperkirakan kecepatan yang lebih moderat dalam jangka panjang sebagai sinyal bahwa ekspektasi inflasi tetap cukup melandai, sebuah survei dari Fed New York menunjukkan pada Senin (11/7/2022).

Sentimen penghindaran risiko terus mendukung permintaan untuk greenback. Pedagang sedang menunggu serangkaian sorotan ekonomi pekan ini, termasuk indeks harga konsumen AS Juni pada Rabu (13/7/2022), indeks harga produsen pada Kamis (14/7/2022), dan data penjualan ritel bulanan pada Jumat (15/7/2022).

Data harga konsumen yang akan dirilis pada Rabu (13/7/2022) adalah fokus utama ekonomi AS minggu ini. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan indeks menunjukkan bahwa harga konsumen naik dengan tingkat tahunan 8,8 persen pada Juni.

Dolar Australia adalah pemain terburuk pada hari itu, jatuh ke level terendah dua tahun di tengah kekhawatiran pertumbuhan global. Beberapa kota di China telah mengadopsi pembatasan COVID-19 baru, dari penghentian bisnis hingga penguncian, untuk mengendalikan infeksi baru, yang dapat menciptakan gangguan pasokan baru.

Mata uang dolar Australia (AUD) jatuh ke level 0,6716 dolar AS, terlemah sejak Juni 2020. Sementara itu, di pasar mata uang kripto, bitcoin turun 1,62 persen menjadi 20.519 dolar AS.


Sumber